REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumatra Utara tidak menemukan adanya kerusakan akibat gempa berkekuatan 8,5 skala richter (SR) yang terjadi di Simeulue, Provinsi Aceh, Rabu, pukul 15.38 WIB.
"Hingga pukul 19.00 WIB ini, belum ada laporan kerusakan," kata Kepala BPBD Sumatra Utara Ahmad Hidayat di Medan, Rabu malam. Hidayat mengatakan ketika mengetahui adanya gempa, termasuk informasi resmi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika Wilayah I Medan, pihaknya telah melakukan pemantauan ke seluruh daerah di Sumatera Utara.
Memang, berdasarkan pemantauan yang dilakukan, hampir seluruh daerah di Sumatra Utara merasakan getaran akibat gempa berkekuatan 8,5 SR tersebut.
Namun dari laporan BPBD kabupaten/kota di Sumatra Utara, tidak ada kerusakan yang terjadi, termasuk di daerah yang berada di pantai barat Sumatra Utara seperti di Kabupaten Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Humbang Hasundutan, serta beberapa kabupaten/kota di Kepulauan Nias.
Dari perkiraan lokasi gempa, kemungkinan besar Sumatra Utara, termasuk di pantai barat tidak akan mengalami tsunami jika peristiwa yang tidak diinginkan itu benar-benar terjadi akibat gempa berkekuatan 8,5 SR tersebut.
Perkiraan itu muncul karena pusat terjadinya gempa sangat jauh dari Sumatra Utara, termasuk dari wilayah pantai barat provinsi itu yakni 410 Km barat Sinabang, Simeulue.
"Dari Simeulue Aceh saja mencapai 410 Km, apalagi Sumatra Utara," katanya. Meski demikian, pihaknya telah meminta BPBD kabupaten/kota di Sumatra Utara untuk tetap siaga dan memantau perkembangan situasi, terutama bagi yang daerah yang berada di pantai barat.
"Pemantauan terus dilakukan hingga ke pedesaan dan pinggiran pantai," katanya. Sebelumnya, gempa berkekuatan 8,5 SR terjadi perairan Sinabang, Simeulue, Provinsi Aceh, Rabu, pukul 15.38 WIB yang berpusat di 93,12 derajat bujur timur dan 2,4 derajat lintang utara.
Gempa yang terjadi di 410 Km barat Sinabang tersebut berada di kedalaman 10 Km di bawah permukaan laut.