Ahad 15 Apr 2012 11:12 WIB

Geng Motor Meresahkan, IPW Minta Polsek-Polres Aktif

Rep: Indah Wulandari/ Red: Djibril Muhammad
Ketua Presidium IPW Neta S Pane
Ketua Presidium IPW Neta S Pane

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Akibat pembiaran aparat, jumlah geng motor yang meresahkan masyarakat meningkat selama tiga tahun. Indonesia Police Watch (IPW) meminta aparat kepolisian mengaktifkan polsek dan polres untuk memberantasnya.

"Patroli pemberantasan geng motor dan balapan liar yang dilakukan polisi di Jakarta sekarang ini jangan hangat-hangat tahi ayam," terang Ketua Presidium IPW Neta S Pane, Ahad (15/4).

Pembiaran yang dilakukan polisi terhadap geng motor selama ini, ujarnya, sudah membuat konflik sosial, memicu dendam, dan aksi main hakim sendiri, seperti pada Jumat (13/4) dinihari kemarin.

Pembiaran itu terlihat dari data yang dihimpun IPW. Pada 2009 di wilayah Polda Metro Jaya ada 20 lokasi balapan liar. Kini, 2012 justru tersebar di 80 lokasi. Area geng motor terbesar ditemui di Tangerang sebanyak 21 lokasi.

"IPW mendata ada tiga perilaku buruk geng motor, balapan liar, judi (taruhan), dan tawuran (pengeroyokan)," imbuh Neta. Polanya terbanyak seperti yang dialami seorang anggota TNI AL di Kemayoran yang mengakibatkan korban jiwa.

Catatan kekerasan lainnya terlihat pada 2009. Didapati ada 68 orang tewas di arena balapan liar, baik akibat kecelakaan maupun pengeroyokan. Pada 2010 ada 62 orang tewas, 2011 ada 65 tewas.

Balapan liar yang mereka lakukan kerap mengancam keselamatan masyarakat pengguna lalulintas. Setidaknya IPW menemukan ada lima lokasi yang menantang, yakni Warung Buncit, Jaksel dengan tikungan tajam, turunan, dan tanjakan. Rawapanjang, Bekasi yang berjalur lurus penuh truk dan kontainer.

Wilayah lainnya Kemayoran dengan jalur panjang dan rata. Ada pula Klender dengan jalur sempit dan gelapnya. Sementara Asia Afrika dengan jalur pendek dan ada tikungan tajam di bundaran. Termasuk pula Pondok Indah karena termasuk jalur bergengsi.

"Di lokasi-lokasi ini bursa taruhannya cukup mengejutkan, yakni Rp 1 juta hingga Rp 5 juta. Sedangkan di pinggiran Jakarta antara Rp 100 ribu hingga Rp 1 juta," jelas Neta.

Ia juga memaparkan, jika memakai joki, pasar taruhan bisa mencapai Rp 5 juta sampai Rp 25 juta. Sejumlah petaruh patungan dan joki mendapat 10 sampai 25 persen, jika menang. Tragisnya, anggota geng motor di arena balapan liar ini sangat muda, antara 14 hingga 22 tahun. Keterlibatan bengkel-bengkel modifikator tertentu dalam balapan liar ini sangat menonjol.

"IPW berharap Polda Metro mengedepankan polsek dan polres untuk mmberantas geng motor dan balapan liar ini. Jika tidak konflik sosial akibat dendam atas prilaku geng motor ini akan terus berkecamuk di Jakarta," jelas Neta.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement