REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Para pelajar dan ulama al-Azhar Mesir menggelar demonstrasi menuntut reformasi di universitas Islam tertua itu. Mereka mendesak pemimpin Al-Azhar, Syekh Ahmad al-Tayyib mengundurkan diri.
Fars News (14/4) melaporkan, para pelajar dan ulama Universitas al-Azhar bergerak ke Bundaran Tahrir Kairo. Mereka menuntut pengunduran diri Syekh Ahmad al-Tayyib dari jabatannya sebagai pemimpin al-Azhar. Para pengunjuk rasa menilai Syekh Ahmad al-Tayyib sebagai peninggalan dari rezim diktator Hosni Mubarak dan partainya.
Abdullah Barakat, seorang ulama al-Azhar mengatakan, "Sekarang tiba saatnya bagi bangsa Mesir untuk menikmati manisnya kebebasan dan sejak al-Azhar masuk ke kancah politik era rezim diktator, universitas ini telah mengalami keterbelakangan yang sangat besar."
Menurut dia, al-Tayyib harus menyingkir dari jabatannya sebagai Syekh al-Azhar, sehingga universitas Islam besar ini dapat kembali ke kejayaannya di masa lalu. Menurutnya, saat ini para pemimpin al-Azhar telah mematuhi perintah dari seluruh instansi mulai dari polisi sampai militer.
Abdul Aziz al-Najjar, Direktur Utama Pusat Penerangan al-Azhar mengatakan, "Undang-undang pemilihan Syekh al-Azhar sangat aneh dan perlu dipertanyakan kembali.
Menurut laporan sumber ini, demonstrasi di Bundaran Tahrir itu juga memfokuskan pada upaya reformasi dalam struktur universitas ini dan agar memiliki sikap dan kebijakan yang independen.
Menyusul revolusi rakyat Mesir dan keengganan al-Azhar untuk mendukung gerakan perjuangan tersebut, warga dan revolusioner Mesir menilai Universitas Islam al-Azhar sebagai kepanjangan tangan dari rezim Mubarak dan akan menjadi alat bagi pemerintahan mendatang.
Meski beberapa bulan lalu telah ditetapkan status independen al-Azhar, akan tetapi para pengamat berpendapat bahwa undang-undang tersebut akan menjadi sarana penyusupan para pejabat eks-rezim Mubarak di masa mendatang.