REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Tidak sedikit manusia berpikir analitis dalam segala hal, termasuk dalam persoalan ketuhanan. Padahal, berfikir analitis bisa berdampak pada penurunan keperdayaan terhadap keyakinan terhadap agama, tak terkecuali kepada mereka yang sangat taat sekalipun.
Kesimpulan itu adalah hasil penelitian University of British Columbia (UBC). "Tujuan penelitian ini untuk menjawab pertanyaan mengapa orang-orang percaya pada Tuhan dalam tingkatan yang berbeda," kata ketua penelitian, Will Gervais, seperti dikutip dalam portal resmi UBC.
Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Science itu menunjukkan, berpikir analitis meningkatkan ketidakpercayaan, baik pada mereka yang taat maupun yang ragu terhadap agama. Selain itu, berfikir analitis juga berkontribusi pada kajian psikologi keyakinan agama.
Penelitian dilakukan dengan metode pemecahan masalah dan eksperimental dasar, termasuk dengan cara menunjukkan patung 'The Thinker' karya Rodin atau meminta partisipan untuk menjawab pertanyaan dalam huruf yang sulit dibaca.
"Temuan ini menyarankan bahwa sistem kognitif yang berhubungan dengan pemikiran analitik adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan," kata Gervais.
Gervais dan rekan penelitinya, Ara Norenzayan dari Departement of Psychology UBC, melibatkan lebih dari 650 partisipan di Amerika Serikat dan Kanada. Norenzayan mengatakan, penelitian sebelumnya menunjukkan mayoritas orang di seluruh dunia percaya pada Tuhan, meski mereka yang ateis dan agnostik berjumlah ratusan juta.
"Penelitian kami menunjukkan pengaktifan sistem kongnitif analitis di otak dapat mengurangi dukungan intuitif terhadap keyakinan agama, setidaknya untuk sementara," kata Norenzayan.