Sabtu 28 Apr 2012 18:47 WIB

Anggota DPR: Dengan Malaysia, Tak Cukup Hanya Dialog

Rep: Ahmad Reza S/ Red: Chairul Akhmad
Poempida Hidayatullah
Foto: Dok Republika
Poempida Hidayatullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Anggota Komisi I DPR-RI dari Partai Golkar, Poempida Hidayatullah, mengatakan hubungan luar negeri memang memiliki watak sensitif. Dalam hubungan tersebut, dibangun dari konteks saling menghormati dan persamaan derajat.

Karena itu, dia menganggap jika hubungan yang terjadi keluar dari kaidah penghormatan dan persamaan derajat, maka pemutusan hubungan sejatinya bisa dilakukan. "Putus hubungan dengan Malaysia mudah-mudah saja sebenarnya," ujar Poempida dalam acara diskusi di Jakarta, Sabtu (28/4).

Kendati demikian, upaya pemutusan hubungan tersebut juga akan memiliki dampak. Namun, langkah tersebut bisa saja ditempuh pemerintah. Pasalnya, kata dia, jika melihat kasus kekerasan dan bahkan menyebabkan tewasnya tenaga kerja Indonesia (TKI), pemerintah seperti terkesan hanya melakukan 'gertak sambal'.

Padahal, masyarakat telah menanti-nanti keseriusan pemerintah dalam menggertak Malaysia. "Meski dialog memang terus dilakukan, tapi tidak bisa melulu mengandalkan upaya tersebut. Harus ada force (kekuatan) lainnya yang membarengi dialog," tegas Poempida.

Dalam hal tersebut, ia berpandangan perlu dilakukan upaya gugatan hukum ke Mahkamah Internasional. Hal itu lantaran kasus yang selalu terjadi adalah kasus serupa yang berupa pelanggaran HAM.

Upaya tersebut, diyakininya dapat membuat para pelaku menjadi berpikir ulang untuk melakukan tindakan serupa. Bahkan, lanjut dia, tak hanya para pelaku, yang berniat melakukan hal serupa pun akan berpikir keras.

Selain itu, pemerintah diharapkan juga dapat bertindak lebih agresif dalam melindungi dan menyelesaikan permasalahan TKI. Dalam pelaksanaannya, kata dia, pemerintah harus membuat gebrakan baru yang tidak seperti apa yang telah dilakukan sebelumnya.

"Indonesia sejatinya juga memiliki kekuatan yang sama seperti negara-negara lainnya. Karena itu, jangan ragu-ragu lagi. Kita harus menjaga harkat dan martabat bangsa," tandasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement