REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA -- Seluruh maskapai penerbangan baik perintis maupun komersial belum ada yang berani melayani rute tujuan Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, menyusul insiden penembakan pesawat twin otter milik maskapai Trigana Air pada Minggu (8/4). Hal tersebut menyebabkan persediaan bahan kebutuhan pokok masyarakat di Mulia seperti beras dan lain-lain sudah semakin menipis.
"Kami mendapat laporan bahwa saat ini persediaan bahan kebutuhan pokok di Mulia kian menipis. Bahkan pelayanan pemerintahan, pendidikan, ekonomi, dan lain-lain sudah macet," ujar Kepala Bidang Perhubungan Udara Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Mimika, John Rettob, di Timika, Senin.
John mengatakan wilayah Mulia dan sekitarnya hanya bisa dijangkau dengan transportasi udara. Meskipun ada ruas jalan darat dari Wamena, jalur tersebut kurang diminati warga karena kondisinya yang sangat rawan.
Sebelum terjadi penembakan terhadap pesawat twin otter milik maskapai Trigana Air yang menewaskan satu penumpang dan melukai sejumlah penumpang serta kru pesawat pada Ahad (8/4), penerbangan dari Timika ke Mulia dilayani tiga kali sepekan. Yaitu satu kali penerbangan perintis dan dua kali penerbangan reguler komersial.
Selain itu, setiap saat juga dilakukan penerbangan dari Timika ke Mulia oleh beberapa maskapai untuk menyuplai bahan kebutuhan pokok masyarakat seperti beras. Jarak tempuh Timika-Mulia dengan transportasi udara hanya 45 menit. Penerbangan dianggap jauh lebih dekat dan murah bila dibandingkan dengan dari Jayapura yang waktu tempuh mencapai 90 menit.
Selain jarak yang dekat dan waktu tempuh yang lebih pendek, jumlah penumpang dari Timika ke Mulia lebih banyak karena banyaknya warga setempat yang bermukim di Timika.