Selasa 05 Jun 2012 02:25 WIB

Milisi Libya Bekas Oposisi Duduki Bandara Tripoli

Milisi Bersenjata (ilustrasi)
Milisi Bersenjata (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Kondisi Libya masih jauh dari stabil. Sekelompok anggota milisi yang tidak puas dengan konstelasi politik terkini mengambil alih bandara utama negara pada Senin (4/5).

Mereka menyerbu dengan senapan mesin berat dan kendaraan lapis baja. Mereka juga memaksa otoritas bandara untuk mengalihkan penerbangan.

Kepala Komite Keamanan, Mohammed el-Gharyani di Tripoli  mengatakan milisi dari kota Tarhouna menduduki landasan pacu bandara. Penerbangan akhirnya terpaksa dialihkan ke pangkalan udara Metiga di pusat kota.

Anggota milisi itu, ungkapnya, marah atas penangkapan komandan mereka, Abu Elija, Ahad (3/6).

Tarhouna yang terletak di pusat Libya, hingga kini masih diangap sebagai lokasi favorit dari penguasa digulingkan, Moammar Gadhafi.

Suku yang mendiami kawasan itu, juga bernama Tarhouna, ialah suku yang dominan dan tokoh-tokohnya dulu menjabat berbagai posisi di militer Libya era Qaddafi. Kini situasi di kawasan itu dilaporkan tidak aman. Warga kota itu sendiri bahkan dipandang dengan kecurigaan oleh bekas pemberontak.

Persaingan suku telah menyapu Libya sejak Qaddafi digulingkan tahun lalu. Sebagian besar pertempuran terjadi antara milisi yang melawan diktator Libya itu dengan mereka yang tetap setia kepada rezimnya.

Kelompok Tarhouna beberapa kali terlibat dalam bentrokan sporadis dengan milisi lainnya dari kota-kota seperti Misrata dan Tripoli. Abu Elija ditangkap di Tripoli dan tidak ada kabar segera mengenai kondisi penangkapannya.

Serangan di bandara itu terjadi hanya dua minggu sebelum pemilu pertama negara itu sejak 1969, ketika Gadhafi mengambil alih kekuasaan dalam kudeta militer. Pada tanggal 19 Juni rakyat Libya dijadwalkan memilih 200 anggota majelis untuk mengawasi pembentukan  konstitusi baru dan membentuk pemerintahan.

Pemilihan komisi dan pejabat pemerintah baru-baru ini memberikan pernyataan yang bertentangan tentang kemungkinan bahwa pemilihan mungkin ditunda, mengingat situasi keamanan yang rapuh di Tripoli dan kota-kota lainnya.

Selain itu muncul pula seruan memboikot pemilu di bagian timur negara, di mana pemberontakan melawan Qaddafi dimulai. Banyak suku yang tinggal di kawasan Timur menuntut representasi yang lebih di parlemen.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement