Senin 18 Jun 2012 22:59 WIB

Syattariyah, Tarekat dari Negeri Hindustan (2)

Rep: Nidia Zuraya / Red: Chairul Akhmad
Dzikir kepada Allah (ilustrasi).
Foto: blog.science.gc.ca.
Dzikir kepada Allah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Sepeninggal Abdullah Asy-Syattar, Tarekat Syattariyah disebarluaskan oleh murid-muridnya. Salah seorang murid yang paling berperan dalam mengembangkan dan menjadikan Syattariyah sebagai satu tarekat yang berdiri sendiri adalah Muhammad Ghaus dari Gwalior (wafat 1526 M).

Sampai akhir abad ke-16, tarekat ini telah memiliki pengaruh yang luas di India. Dari wilayah ini, Tarekat Syattariyah terus berkembang ke Makkah, Madinah, dan sampai pula ke Indonesia.

Sufi India

Tidak dapat dimungkiri bahwa penyebaran Tarekat Syattariyah ke berbagai negara Islam ditunjang oleh kemasyhuran para sufi India sehingga hal itu menimbulkan daya tarik yang besar.

Sejak abad ke-16 sampai abad ke-18, para sufi India banyak yang menetap di Makkah, Madinah, Irak, Iran, Turki, Asia Tengah, dan Asia Tenggara. Mereka berhasil menyebarkan ide-ide dan ajaran-ajaran yang mereka anut. Di antara para sufi itu adalah pengikut dan penganjur Tarekat Syattariyah.

Salah seorang tokoh sufi terkemuka dari India yang mengajarkan Tarekat Syattariyah di Makkah dan Madinah adalah Sibgatullah bin Ruhullah (wafat tahun 1606). Sementara itu, yang memopulerkan Tarekat Syattariyah di negara-negara yang menggunakan bahasa Arab adalah Ahmad Sinhawi (wafat 1619), murid Sibgatullah. Salah seorang khalifahnya adalah Ahmad Qusasi (1583-1661) yang berasal dari Palestina.

Adapun tokoh penganjur Tarekat Syattariyah yang cukup terkenal di Madinah adalah Ibrahim Al-Kurani (wafat 1689) yang berasal dari Turki. Ibrahim Al-Kurani tampil menggantikan Ahmad Qusasyi sebagai pemimpin tertinggi Tarekat Syattariyah. Dua orang yang disebut terakhir di atas, Ahmad Qusasyi dan Ibrahim al-Kurani, adalah guru dari Abdul Rauf Singkel yang mengembangkan Tarekat Syattariyah di Indonesia.

Ajaran dan zikir Tarekat Syattariyah

Bila menyebut sebuah ajaran tarekat, yang paling banyak diajarkan dalam ritualnya adalah zikir. Dan zikir adalah salah satu amalan yang paling utama dalam sebuah tarekat. Dalam salah satu hadisnya, Rasulullah SAW bersabda, ''Ketahuilah bahwa sesungguhnya zikir itu akan menenangkan hati. Sebaik-baik zikir adalah dengan membaca Laa Ilaha Illallah.''

Karena itulah, zikir dan wirid, untuk mendekatkan diri kepada Allah, menjadi hal yang paling utama dalam sebuah tarekat. Demikian halnya dengan Tarekat Syattariyah. Dalam ajaran dan ritualnya, tarekat ini juga banyak melafalkan kalimat-kalimat tauhid dan Asmaul Husna sebagai bagian dari wirid dan zikir.

Para pengikut tarekat ini akan mencapai tujuan-tujuan mistik (kesufian) melalui kehidupan asketisme atau zuhud. Untuk menjalaninya, seseorang terlebih dahulu harus mencapai kesempurnaan pada tingkat akhyar (orang-orang terpilih) dan abrar (orang-orang terbaik) serta menguasai rahasia-rahasia zikir.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement