REPUBLIKA.CO.ID, Saat peradaban Islam bersinar pada abad pertengahan, aktivitas pemerintahan dan sosial kemasyarakatan berjalan secara dinamis. Muncul sejumlah istilah yang digunakan untuk menyebut sebuah institusi ataupun sebuah produk budaya tertentu. Salah satunya ialah diwan.
Istilah ini, mengutip Ensklopedi Oxford Dunia Islam Modern, bisa dimaknai inklusif sebagai kumpulan tulisan sejenis atau jabatan administratif yang menghasilkan kumpulan tersebut.
Soal kapankah kata ini muncul dan lazim dipergunakan? John El Esposito menyatakan asal-usulnya belum diketahui jelas. Namun, kata dia, sepanjang sejarah Islam kata diwan digunakan untuk menunjukkan sejumlah lembaga dan praktik.
Di bidang tulis-menulis, misalnya. Diwan kerap dipakai dalam kajian sastra untuk menyebut kumpulan puisi atau kadang-kadang prosa. “Sedangkan di dunia pemerintahan, diwan biasanya berlaku untuk daftar kearsipan,” terang John.
Berangkat dari kedua kasus penggunaan kata diwan tersebut, ia melihat adanya keterkaitan secara tak langsung diwan dengan sejarah dan kebudayaan Persia. Hal ini terjadi lantaran etos budaya Persia sedikit banyak telah mewarnai penduduk perkotaan dan khususnya lingkungan tulis-menulis sejak awal kekhalifahan Islam.
Dalam bahasa Persia, terdapat satu kata, yaitu div. Kata ini berarti ruh jahat dan kegelapan. Penggunaannya diduga kuat untuk melukiskan kaum birokrat.
Ketika terjadi perbedaan antara praktik budaya populer dan sastra yang berupaya menandingi bentuk-bentuk Islam klasik, diwan secara lebih spesifik digunakan untuk menunjukkan kumpulan puisi. Pemakaiannya juga mengonotasikan keunggulan dan urbanitas dalam beberapa bahasa Timur Tengah dan Eropa.