REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Jamkesmas tidak dapat dinikmati oleh seluruh warga miskin. Akibatnya, warga miskin susah mendapatkan akses pelayanan kesehatan.
Kondisi itu seperti yang dialami seorang warga RT 05 RW 15 Nuansa Majasem, Kelurahan Karyamulya, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, Edi Lukman. Dia menderita gangguan ginjal dan harus melakukan cuci darah secara rutin.
Selama ini, meski tidak termasuk dalam daftar penerima Jamkesmas, namun Edi bersyukur karena masuk dalam daftar penerima surat keterangan tidak mampu (SKTM). Dengan demikian, dia bisa berobat secara dratis.
"Saya harus cuci darah seminggu sekali" tutur Edi.
Namun ternyata, pada tahun ini Edi tidak lagi terdaftar dalam program KCMS. Program tersebut merupakan pengganti SKTM.
Edi menjelaskan, fasilitas kesehatan dalam program SKTM selama ini digunakannya untuk melakukan cuci darah. Bahkan, hal tersebut dilakukannya secara rutin seminggu sekali. Jika tanpa SKTM, maka biaya setiap kali melakukan cuci darah mencapai Rp 600.000.
Di Kabupaten Indramayu, Sinih (57 tahun), harus menjual apa saja untuk biaya pengobatan suaminya. "Jangankan untuk berobat, untuk makan saja susah,’" kata Sinih, Ahad (24/6).
Sinih menuturkan, saat suaminya masih sehat, maka semua kebutuhan keluarga dipenuhi dari aktifitas melaut yang dilakukan suaminya. Dalam sehari, uang yang bisa dibawa pulang suaminya sekitar Rp 30 ribu – Rp 40 ribu. Namun, sejak suaminya sakit parah awal tahun ini, praktis tak ada lagi penghasilan yang bisa didapatkan.
"Ya jual apa saja yang penting bisa untuk biaya berobat," tandas Sinih