REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR---Sejumlah perajin tempe dan tahu di Bogor, Jawa Barat, siap melakukan mogok sesuai surat edaran Primer Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) yang bertuliskan imbauan untuk mogok selama tiga hari (25-27/7).
"Ya boleh dibilang ini produksi tempe terakhir untuk hari ini. Sebelum melakukan aksi mogok lusa nanti," kata Mualifi (35), salah satu perajin tempe di Kota Bogor.
Ia hanya mampu membuat tiga kuintal tempe yang akan dipasarkan untuk Rabu (25/7) malam ke Pasar Merdeka.
Mualifi mengaku, mendukung kegiatan tersebut bersama dengan puluhan perajin tempe lainnya di Kota Bogor.
Imbauan mogok telah disebarkan ke sejumlah produsen dan pedagang oleh Primer Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) cabang Kota Bogor.
Dalam surat edaran Primkopti bertuliskan himbauan untuk mogok selama tiga hari (25-27) dan mengingatkan para pengrajin agar memperhatikan surat edaran dengan baik agar menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
"Mogok ini sebagai aksi solidaritas kami agar pemerintah bisa membantu menekan harga kedelai yang terus naik," katanya.
Ia mengatakan, sejak harga kedelai naik menjadi Rp8.000, ia kesulitan mengatur produksi. Selain itu, laba yang mereka dapatkan pun tipis.
Menurutnya, tingginya harga kedele membuat sejumlah pengrajin tempe menjerit. Karena modal yang mereka keluarkan tidak sebanding dengan untung yang mereka dapatkan.
Untuk membuat tiga kuintal tempe, Mualifi harus mengeluarkan modal kurang lebih Rp1,5 juta, ini digunakan untuk membeli kedele seberat tiga kuintal, plastik tiga kilogram, daun pisang tiga kilogram, ragi dan ongkos produksi untuk gas dan listrik.
"Kami sudah mengupayakan agar tetap produksi. Ukuran tempe sudah kami kurangi dari sebelumnya, harga juga terpaksa kami naikkan," katanya.
Mualifi menyebutkan, mogok yang akan dilakukan juga bertujuan untuk menyosialisasikan kepada masyarakat terkait kenaikan harga kedele.
Kenaikan harga kedele ini yang telah membuat kenaikan harga tempe, bukan karena permainan pedagang.
"Saat ini saja banyak masyarakat yang komplain, ukuran dan harga tempe yang berubah. Jadi kami tidak berdaya lagi," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, Mangait Sinaga, memastikan tidak akan ada pemogokan tempe tahu di Bogor.
"Kami telah melakukan peninjauan ke pasar. Kami akan mengumpulkan para pedagang tempe dan perajin untuk mengimbau mereka agar jangan ada yang mogok. Kami akan menyarankan menaikkan harga ataupun mengurangi ukurannya," kata Sinaga.
Sinaga menambahkan, harga kedele impor tidak dapat dikendalikan, pemerintah hanya mampu mengendalikan harga kedele lokal yang hanya digunakan untuk pengrajin keripik tempe.
Mogok pedagang tempe juga pernah dilakukan awal tahun lalu. Di Kota Bogor aksi itu berlangsung selama tiga hari sementara di Jakarta berlangsung satu minggu.