Rabu 25 Jul 2012 11:51 WIB

Pengusaha Tempe Diimbau Tetap Berproduksi

Tempe
Tempe

REPUBLIKA.CO.ID,  DEPOK --  Pengusaha dan Pedagang tahu dan tempe diingatkan untuk memikirkan dampak aksi mogok untuk berproduksi makanan rakyat tersebut, jangan sampai mereka ini mengalami kerugian dua kali.

"Kalau mereka tidak berjualan bisa rugi dua kali," kata Wakil Wali Kota Depok, Idris Abdul Shomad, di Depok, Rabu.

Ia mengatakan dengan berhenti berproduksi dan tidak berjualan tahu dan tempe maka para pedagang tidak akan mendapatkan penghasilan.

"Kalau begini hanya rugi dua kali, sudah harga kedelai naik terus tak dapat penghasilan," jelasnya.

Produsen, dan pedagang tahu tempe se-Jabodetabek mulai 25-27 Juli 2012 melakukan aksi mogok berproduksi. Mereka memprotes harga kedelai yang terus melonjak naik dari harga Rp 6 ribu kini menjadi Rp 8 ribu per kilogram.

Idris berharap para pedagang tahu tempe di Depok tetap bertahan menjalankan usahanya sementara dengan menyiasatinya, misalnya mengurangi jumlah penjualan atau menaikkan harganya.

"Saya rasa konsumen akan memakluminya kalau harga tempe atau tahu naik, karena memang bahan baku pembuatannya juga mengalami kenaikan," ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan tahu dan tempe hanya merupakan makanan alternatif. Sehingga masih banyak pangan lainnya meski masyarakat tak makan tahu tempe.

Selain itu Idris juga berharap pemerintah pusat dapat memberikan solusi kepada para pedagang agar bisa berjualan kembali.

"Pemerintah pusat punya kewenangan untuk memberikan solusi dari permasalahan kenaikan harga kedelai," katanya.

Sementara itu Para pengusaha tahu dan tempe di Kota Depok sudah berhenti memproduksi tahu dan tempe, sehingga masyarakat yang ingin membeli makanan tersebut sudah tak dijumpai lagi di pasaran.

"Kami sudah tak memproduksi lagi," katanya.

Siti mengatakan harga kedelai saat ini terus melonjak selama dua bulan terakhir ini yaitu dari harga Rp6 ribu per kilogram naik menjadi Rp8 ribu per kilogram.

"Kenaikan harga kedelai sangat memberatkan kami untuk memproduksi tahu dan tempe," katanya.

Menghadapi kenaikan tersebut Siti berencana menaikkan harga sampai Rp500 untuk menyesuaikan ongkos produksi. Meski harga kedelai terus naik, ia memastikan tak akan memberhentikan karyawannya.

"Solusinya memang menaikkan harga, jadi tak memberhentikan karyawan," ujarnya.

Selain berencana menaikkan harga, para pedagang juga akan menyiasati dengan memperkecil atau mempertipis ukuran tahu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement