REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Rata-rata peredaran uang palsu di Jawa Tengah dan DIY mencapai Rp 80 juta tiap bulan. Angka tersebut pun mengalami peningkatan hampir 100 persen tiap tahunnya.
Data dari Bank Indonesia kantor wilayah Jateng-DIY menunjukkan, pada semester awal tahun 2012, terdeteksi peredaran uang palsu sebesar Rp 80 juta per bulan, atau sekitar 6.145 lembar. Angka tersebut mengalami peningkatan dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.
Pada tahun 2010 tercatat peredaran uang palsu sekitar Rp 40 juta per bulan atau sebanyak 5.255 lembar uang palsu. Menurut Kepala Kasir Bank Indonesia Wilayah Semarang Taslim Noor, tren meningkatnya peredaran uang palsu seiring dengan jumlah uang diedarkan. "Teknologi cetak sekarang bagus. Mereka (pemalsu) juga ikuti perkembangan peredaran uang," tuturnya.
Meski demikian, menurut Taslim, kualitas uang palsu masih sangat rendah. Jika diamati akan sangat mudah dikenali. "Dari sisi kualitas masib rendah. Belum ada yang benar-benar mirip atau mendekati uang asli. Tapi tetap saja yang bisa mengenali biasanya orang bank," ujarnya.
Taslim pun mengimbau kepada masyarakat agar selalu berhati-hati terhadap peredaran uang palsu tersebut. Bahkan para penukar uang yang marak di jalan pun perlu diwaspadai. Jika BI menemukan ada peredaran tersebut, maka pihak BI segera melaporkan ke aparat kepolisian.
Hal yang perlu diwaspadai masyarakat, menurut Taslim, di antaranya saat pemilukada yang diselipkan pada amplop. Saat lainnya yang perlu diwaspadai adalah transaksi pada panen raya dan saat Idul Fitri.