REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tragedi Muslim Rohingya yang berdiaspora ke berbagai negara tak bisa ditanggulangi dengan program jangka pendek dan parsial. Krisis ini mencakup dimensi kemanusiaan yang dalam karena hadir dari proses panjang.
Kebersamaan lintas elemen kemanusiaan, lintas bangsa diharapkan bisa mengawali penjajakan menuju pemecahan mendasar problem Etnis Muslim Rohingya.
Sadar konsekuensi waktu yang panjang itu, Aksi Cepat Tanggap (ACT) dalam waktu dekat akan memberangkatkan kembali Tim II ke Bangladesh. Tim ini beranggotakan empat orang yang terdiri dari psikoterapis (Rully Renata), tenaga medis (dr Rio Pranata), dua orang relawan umum (Febil dan Maman Sudiaman).
"Selain ke Bangladesh, ACT juga akan memberangkatkan tim yang akan masuk Myanmar," ujar Direktur Eksekutif ACT, Ibnu Khajar, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (16/8).
Baik yang ke Bangladesh maupun ke Myanmar, selain melayani kebutuhan emergensi (pangan dan medis), tim mengupayakan proses penjajakan kebutuhan pada level berikutnya.
Untuk tahap emergensi, saat ini ACT telah menyampaikan amanah masyarakat Indonesia untuk pengungsi Muslim Rohingya di sejumlah di Kamp Bangladesh (Kutupalong, Leda, Azis Nagor, Saplapur, Patiya, dll) yang dilakukan relawan Andhika P Swasono yang sudah berangkat terlebih dahulu.