REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dikabarkan mengundang Presiden Mesir, Muhammad Mursi mengunjungi negaranya. Netanyahu ingin mengundang Mursi ke Kota Yerusalem.
Undangan itu kabarnya untuk membuktikan ucapan Mursi jika dirinya tidak menentang Israel dan Amerika Serikat. Dalam satu kesempatan Mursi mengatakan dirinya menghormati perjanjian damai Camp David pada 1979 silam.
Jika Mursi menerima undangan tersebut, artinya politikus Ikhwanul Muslimin itu bakal mengikuti jejak pendahulunya, Husni Mubarak yang mengunjungi negara Zionis tersebut pada 1995 saat menghadiri pemakaman mendiang Perdana Menteri Yitzhak Rabin.
Kedatangan Mursi secara langsung diharapakan menjawab keberatan dari pejabat Israel atas penambahan pasukan Mesir di daerah perbatasan sepanjang Rafah hingga Semenanjung Sinai. Milieter Israel khawatir bakal terjadi pendudukan wilayah secara ilegal.
Tak hanya itu, Israel juga cemas Mesir bakal mengikuti jejak Iran yang membelot Israel sejak Pemerintah Shah Reza Pahlevi terguling pada revolusi Iran 1979. Mereka lalu mengganti pemerintahan dengan Republik Islam Iran.
Seperti dikutip dari The Telegraph, kecemasan Israel kian memuncak setelah Mursi menyambangi Iran. Mereka khawatir Mursi bakal merapat ke Iran.
"Mesir menjalankan peran dengan tidak mengancam siapapun dan tidak boleh ada keprihatinan internasional dengan kehadiran pasukan keamanan kami di Semenanjung Sinai," tegas Mursi seperti disitat dari The Telegraph, Selasa (28/8).