Jumat 31 Aug 2012 16:24 WIB

Menurunnya Pendatang Baru di Jakarta Wajar

Rep: Ira Sasmita / Red: Djibril Muhammad
  Para pemudik tiba di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur.
Foto: Agung Supriyanto/Republika
Para pemudik tiba di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengamat perkotaan, Yayat Supriyatna, menilai penurunan jumlah pendatang baru Jakarta sebagai hal yang wajar. Dia menjelaskan, sejak 2004 hingga 2011 jumlah warga daerah yang datang ke Jakarta terus menurun, yakni di kisaran 50 ribu orang.

"Mereka datang ke Jakarta untuk mencari kerja, tapi faktanya mereka harus bersaing dengan 540 ribu pencari kerja yang sudah terlebih dahulu menetap diJakarta," ujar dia di Jakarta, Jumat (31/8).

Menurut Yayat, persaingan semakin tinggi saat daya serap sektor formal hanya 25 persen, sementara 75 persen terbuang di sektor informal. "Sektor informal di DKI itu seperti pekerja serabutan dan pengemis. Kalau untuk PKL itu sudah sulit bersaing dengan yang formal. Intinya Jakarta hanya jadi surga para pemodal," kata planolog dari Universitas Trisakti ini.

Kota Jakarta, ujar dia, hanya memberi peluang bagi pendatang yang memiliki kemampuan ekonomi yang kuat dan intelektual yang mumpuni. Kondisi ini semakin diperparah dengan persoalan kelas menengah ke bawah yang melilit warga DKI Jakarta.

Mudahnya permukiman kumuh terbakar, ketidaknyamanan angkutan umum, kemacetan, lanjut Yayat, juga menjadi pertimbangan yang kesekian kalinya bagi warga dari daerah untuk masuk ke Jakarta.

Selain itu, penurunan jumlah pendatang baru juga diikuti tren menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. "Faktor menjadi TKI juga sudah menjadi prioritas mencari makan. Prinsip mereka meski rawan penyiksaan oleh majikan seperti disetrika badannya, asal ada duit, tidak masalah," ucap dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement