REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM - Perdana Menteri Israel menuduh masyarakat internasional gagal untuk memberikan "garis merah yang jelas" kepada Iran atas program nuklirnya, setelah laporan PBB menemukan Teheran menggandakan kapasitasnya di sebuah situs nuklir.
"Saya pikir bahwa kita harus berbicara tentang kebenaran, komunitas internasional tidak memberikan garis merah yang jelas bagi Iran," kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada awal pertemuan kabinet mingguan, Ahad (3/9). "Iran tidak melihat tekad dari masyarakat internasional untuk menghentikan program nuklirnya," tambahnya.
"Sampai Iran melihat garis merah yang jelas dan tekad ini, mereka tidak akan berhenti memajukan program nuklirnya. Iran harusnya tidak diperbolehkan memiliki senjata nuklir."
Komentar Netanyahu tersebut merupakan yang pertama sejak rincian laporan baru dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang muncul pada Kamis.
Laporan tersebut mengatakan bahwa Iran telah menggandakan kapasitas pengayaan uraniumnya di fasilitas bawah tanah Fordo, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB, sanksi, dan pembicaraan tentang aksi militer Israel.
Badan pengawas nuklir PBB juga mengatakan bahwa kemampuannya untuk memeriksa basis militer Parchin di mana mereka mencurigai Iran menjalankan riset senjata nuklir pada masa lalu "secara signifikan terhambat" oleh pembersihan tersangka.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa Iran kini memiliki sekitar 2.000 sentrifugal pengayaan uranium yang dipasang, dibandingkan dengan sekitar 1.000 pada Mei, di fasilitas Fordo.
Pengayaan uranium dapat digunakan untuk tujuan perdamaian namun dalam tingkat konsentrasi yang sangat tinggi dari kemurniannya, uranium juga bisa digunakan sebagai senjata nuklir, dan sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB menyerukan Iran untuk menangguhkan pengayaan itu.