Rabu 12 Sep 2012 21:36 WIB

MUI-LDII Ajak Seluruh Ulama Perangi Terorisme

Ratusan santri mengaji di pondok Wali Barokah, Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Kediri, Jawa Timur, Kamis (5/5).
Foto: Antara/Arief Priyono
Ratusan santri mengaji di pondok Wali Barokah, Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Kediri, Jawa Timur, Kamis (5/5).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia dan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus meningkatkan kewaspadaan di lingkungan sekitarnya. Ketua MUI, Slamet Effendi Yusuf, mengatakan, kewaspadaan diperlukan mulai dari keluarga hingga ke lingkungan RT/RW.

“Kewaspadaan sangat diperlukan untuk menekan ruang gerak para pelaku teror di Indonesia,” tegas Slamet Efendi Yusuf dalam pernyataannya di Jakarta, Rabu (12/9).

Dikatakannya, para teroris yang menyebut dirinya mati syahid adalah tidak benar. Menurut Slamet Effendi, serangan teror yang dilakukan di Indonesia tidak memenuhi unsur dalam ilmu fiqih Islam."Bohong itu kalau mereka mati syahid. Pemahaman ini terjadi karena pengetahuan agama mereka yang rendah," ucapnya.

Menurutnya, terminologi perang jihad memang ada dalam hukum Islam. Namun, hal itu memiliki aturan tersendiri. Slamet Effendi menilai jihad perang hanya bisa dilakukan, apabila itu di wilayah perang. Sementara di Indonesia yang masuk wilayah aman, bukan menjadi tempat jihad perang.

"Kalau jihad perang dilakukan di wilayah aman seperti Indonesia, yang rugi adalah umat Islam sendiri. Kalau di wilayah aman kan umat Islam bisa melakukan jihad bentuk lain, seperti mengajar, atau mengangkat derajat masyarakat miskin," ucapnya.

Terkait dengan hal itu, Ketua LDII, Chriswanto Santoso, mengajak seluruh Ulama di Indonesia untuk memberikan pemahaman Agama yang lebih medalam kepada para santrinya agar kasus terorisme dapat ditekan dan di hilangkan. "Kita bersama MUI akan terus menjalin komunkasi kepada seluruh Ulama agar dapat terus mengedepankan dakwah yang tidak mengedepankan kekerasan,"tegasnya.

Chriswanto menjelaskan meski demikian aparat keamanan diminta untuk kerja lebih ekstra dalam mendeteksi segala bentuk gerakan terorisme secara dini agar tidak ada lagi masyarakat yang menjadi korban. "Bayangkan jika yang menjadi korban itu menjadi tulang punggung keluarga mereka, apalagi mereka juga seorang muslim. Saya kira koordinasi antar intelijen, dan peran serta masyarakat diperlukan guna mengatasi aksi ini," jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement