REPUBLIKA.CO.ID, LAUT CINA TIMUR -- Jepang dan Cina kembali berseturu di kawasan Laut Cina Timur. Enam kapal pengintai milik Angkatan Laut Cina digiring keluar oleh AL Jepang, setelah memasuki wilayah sengketa tersebut.
Perdana Menteri Jepang, Yoshihiko Noda dikabarkan memanggil Duta Besar Cina di Tokyo untuk menjelaskan mengenai insiden tersebut. "Pengirimin enam armada (angkatan laut) Cina belum pernah terjadi sebelumnya," kata Kepala Sekretaris Kabinet Osamu Fujimura seperti disitat BBC News, Jumat (14/9).
Penjaga pantai mengatakan dua kapal milik AL Cina terpantau memasuki wilayah perairan yang diklaim Jepang, Jumat (14/9), pukul 06.18 (waktu setempat). Tidak lama berselang, sekitar pukul 07.00 diikuti empat kapal lainnya. Tiga kapal pengintai tersebut mundur setelah kapal patroli laut Jepang memperingatkan dan menggiring keluar dari perairan sengketa tersebut.
BBC News melaporkan Kementerian Luar Negeri Cina menyatakan kebenaran adanya enam kapal berbendera Cina di perairan tersebut. Beijing mengatakan keberadaan kapal-kapal tersebut tidak lain adalah sebagai penegakan hukum atas kepemilikan sah kawasan tersebut.
"Ini adalah kegiatan yang bertujuan menunjukkan yuridiksi Cina atas kepulauan Diaoyu dan pulau-pulau afiliasinya,'' kata Kemenlu di Beijing.
Kawasan Laut Cina Timur merupakan wilayah sengketa antara Jepang dan Cina. Sebuah lautan tepi yang terbentang di sebelah timur Cina, yang menghubungkannya dengan Jepang, Korea dan pesisir timur Cina. Laut ini merupakan bagian dari Samudra Pasifik, yang terdiri dari beberapa pulau-pulau tak berpenghuni.
Kekaisaran Jepang mengklaim deretan kepulauan tersebut adalah wilayah teritorial Jepang yang bernama Kepulauan Senkaku. Sedangkan Cina mengklaim serupa atas deretan pulau tersebut, dan menyatakan pulau itu bernama Kepulauan Diaoyu.
Beberapa waktu lalu, Jepang bahkan berencana membeli beberapa pulau tak berpenghuni di kawasan dari pengembang swasta. Namun langkah tersebut membuat Cina semakin berang. Sengketa ini semakin membuka jarak diplomatik yang buruk bagi kedua negara.
Bahkan sengketa ini semakin menimbulkan sentimen nasionalisme yang tinggi dari masing-masing pihak. Terakhir Jepang menuduh Cina telah melakukan serangan terhadap seorang Konsulat Jepang di Shanghai.