REPUBLIKA.CO.ID, Setelah merampungkan studinya di bidang sastra dan hukum, Ibnu Zuhr mulai mendalami ilmu kedokteran secara khusus.
Ibnu Zuhr lalu mendedikasikan dirinya untuk penguasa Dinasti Al-Murabitun. Hubungannya dengan penguasa Dinasti Al-Murabitun memburuk ketika Ali bin Yusuf bin Tasyfin berkuasa.
Ibnu Zuhr lalu dipenjara selama 10 tahun di Marrakech. Setelah kekuasaan dinasti itu berakhir, Ibnu Zuhr kembali ke Andalusia dan mengabdi pada Abdul Mukmin bin Ali penguasa pertama Dinasti Muwahiddun.
Di era kekuasaan Dinasti Muwahidun, Ibnu Zuhr menulis karya-karyanya. Ia tutup usia pada 1161 M di tanah kelahirannya, Seville. Meski begitu, ia tetap dikenang dan namanya masih tetap abadi.
Ibnu Zuhr mewariskan beberapa kitab kedokteran penting bagi peradaban manusia modern, seperti “Kitab at-Taysir fi Al-Mudawat wa At-Tadbir” (Perawatan dan Diet) dan “Kitab Al-Iktisad fi Islah An-Nufus wa Al-Ajsad” (Perawatan Jiwa dan Raga) yang berisi rangkuman berbagai penyakit, perawatannya, pencegahan, kesehatan, dan psikoterapi. Salinan kitab ini masih tersimpan di perpustakaan istana di Rabat.
Karyanya yang lain adalah “Kitab Al-Aghdia wa Al-Adwya” (Nutrisi dan Obat). Dalam kitab itu, Ibnu Zuhr menjelaskan beragam jenis makanan bergizi, obat-obatan, serta dampaknya bagi kesehatan risalah.
Dua salinannya masih tersimpan dengan baik di perpustakaan istana di Rabat. Lewat karya-karyanya itulah pemikiran Ibnu Zuhr hingga kini tak pernah mati.