REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sekretaris Majelis Nasional Partai Nasdem Jeffrie Geovanie berpendapat, para ketua umum parpol seharusnya hanya berperan menciptakan demokrasi di internal partai serta mendidik kader sehingga kualitas pemimpin masa depan terjamin.
Dengan demikian, disampaikan Jeffrie Geovanie di Jakarta, Selasa, para ketua umum parpol tidak perlu mencalonkan diri sebagai capres karena tugas dan tanggung jawabnya yang berat dalam menyiapkan kader berkualitas sebagai calon pemimpin masa depan.
Jeffrie Geovanie kemudian mencontohkan kondisi di Partai Nasdem yang sedang menciptakan atmosfer rekrutmen internal calon pemimpin bangsa.
"Misalnya Patrice Rio Capella sebagai ketua umum Partai Nasdem ditugaskan Ketua Majelis Nasional Partai, Surya Paloh, bukan untuk menjadi calon presiden. Tugasnya adalah mengurus partai," ujarnya.
Hal yang sama, menurutnya, juga terjadi di Partai Gerindra. "Ketua Umum partai dan jajarannya memang harus konsentrasi penuh mengurus dan membesarkan partai," tegasnya.
Namun, ia menambahkan, hal semacam itu tidak terjadi di partai-partai lainnya. Menurut dia, saat ini kondisi parpol di Indonesia cukup memprihatinkan karena internal partai sibuk mencari kekuasaan. Ketua umum partai sibuk mencari dukungan sebagai capres sehingga mereka lupa mendidik kader-kader sebagai calon pemimpin.
Dikatakannya bahwa kalangan elitepolitik seharusnya sadar bahwa menciptakan pemimpin masa depan yang berkualitas hanya bisa dilakukan dengan rekrutmen kader serta mendidik mereka secara berkualitas pula.
Senada dengan Jeffrie, pengamat politik dari UI Boni Hargens mengatakan bahwa untuk memaksimalkan kinerja partai, sebaiknya ketua umum partai fokus pada kerja manajerial, konsolidasi internal dan penguatan basis partai di tengah masyarakat.
Memang, menurutnya di negara Eropa seperti Jerman, ada ketua umum yang rangkap jabatan. "Di Jerman memang ketua umum bisa merangkap jabatan seperti ketua partai liberal (FDP) Philip Roesler. Dia merangka menteri ekonomi," ujarnya.
Namun, lanjut Boni, pola rangkap jabatan atau ketua umum jadi capres di Indonesia agak sulit karena partai-partai belum sungguh-sungguh berbasis ideologi. Sementara partai di Jerman telah berbasis ideologi dan manajemennya juga sudah kuat serta modern.
"Manajemen partai di Indonesia masih rapuh dan kepercayaan publik masih rendah," tegasnya. Karena itu, tambah Boni, partai harus bekerja keras merealisasi tugas-tugas pokoknya seperti agregasi kepentingan, mencegah konflik, komunikasi politik, dan pendidikan politik, yang dilakukan oleh pimpinan partai.