REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Tak lama lagi azan akan berkumandang di ibukota Swedia, Stockholm. Pekan lalu, Dewan Eksekutif Kota telah mencabut larangan Azan.
Ketua Botkyrka Islamic Association, Ismail Okur mengatakan umat Islam telah menjadi bagian dari Swedia. Itu terlihat dari pemenuhan kewajiban untuk membayar pajak.
"Banyak hal yang telah kami berikan. Tentu kami menginginkan sedikit timbal balik," kata dia seperti dikutip surat kabar Swedia, Dagen, Rabu (3/10).
Satu bentuk timbal balik itu, kata dia, menginginkan kebebasan beragama, yang berarti pemberian izin kepada masjid untuk mengumandangkan azan melalui pengeras suara. "Kami telah mengajukan permohonan kepada Dewan Esekutif. Saya berharap itu akan dipertimbangkan," kata dia.
Menurut Okur, Muslim Swedia tidak meminta banyak dalam hal ini. Izin kumandang adzan hanya dikhususkan pada shalat Jumat saja. Itupun hanya awal minggu pertama setiap bulannya. "Kami sangat menunggu hari itu," kata dia.
Okur mengatakan jika tidak berhasil, ia akan berusaha mendapatkan izin untuk dua azan shalat setiap tahunnya. "Jumlah kami lebih dari 100 ribu di Botkyra. Di seluruh Swedia mencapai 450.000-500.000," pungkasnya.