REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pakar Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Affan Sulaeman, peluang sukses calon gubernur/ wakil gubernur dari jalur independen pada Pilkada Jabar 2013 dinilai sangat tipis dan berat, bahkan boleh dibilang hampir tidak ada.
"Pilkada 2013 di Jabar mungkin pertama kalinya terbuka bagi calon independen, namun peluang mereka dipastikan sangat tipis dan persyaratan 1,4 juta lembar dukungan yang dibuktikan KTP sangat berat," kata Affan Sulaeman kepada ANTARA di Bandung, Jumat (5/10).
Affan mengapresiasi munculnya pasangan calon independen yang telah mendaftarkan diri secara resmi ke KPU dan merupakan bagian dari dinamika politik di Jawa Barat. Menurut Affan, lembar dukungan untuk calon independen dipastikan terbanyak di Indonesia, melebihi lembar dukungan yang harus dikumpulkan calon independen darah lainnya.
"Setelah berhasil mengumpulkan dukungan dengan bukti KTP, maka KPU perlu melakukan verifikasi secara obyektif. KPU perlu mengecek sendiri KTP dari lembar dukungan jangan sampai ada istilah 'tulis tonggong'," kata Affan.
Ia menyebutkan tahapan ini akan menunjukan kadar kejujuran dari proses Pilkada, dan membuktikan dukungan jalur independen benar-benar murni tanpa ada rekayasa dalam pengumpulan surat dukungan. "Verifikasi KPU secara faktual harus dilakukan, meski dipastikan lebih melelahkan dibandingkan daerah lain yang jumlah pemilihnya sedikit," katanya.
Terkait peluang kemenangan calon independen, kata Affan sangat tipis. Tanpa mengurangi optimisme calon independen, ia menyampaikan beberapa contoh calon independen yang gagal meraih simpati pemilih meski di daerah berpenduduk lebih sedikit.
Ia mencontohkan Pilkada DKI Jakarta, di daerah yang berpenduduk tujuh juta jiwa. Calon Independen gagal meraih simpatik rakyat, dan kalah jauh dari calon yang didukung partai politik.
"Peluang calon independen sebanarnya sangat terbuka di Pilkada DKI Jakarta, namun independen belum bisa meraih suara di sana. Apalagi di Jawa Barat yang penduduknya besar, pemilihnya bisa mencapai 35 juta," kata Affan yang juga mantan anggota KPU Jawa Barat periode 2003-2008 itu.
Ia mengakui sejadah calon independen untuk gubernur/ wakil gubernur sempat memenangkan Pilkada di Nangroe Aceh Darussalam. Bahkan di Jawa Barat independen sempat memenangkan Pilkada Kabupaten Garut, namun akhirnya seiring waktu gubernur dan bupatinya masuk ke partai politik.
"Sejarah memang mencatat independen ada yang menang Pilkada seperti di Aceh, namun pada pemilihan kedua kalinya calon dari partai yang menang, kemudian di Garut, bupati independen masuk partai politik," kata Affan.
Sementara bila independen berhasil memenangkan Pilkada, akan kesulitan karena tidak memiliki mitra di DPRD. Sehingga perlu ada kemampuan luar biasa dari pemenang dari calon independen untuk bisa menggalang mitra di DPRD.
"Partai dalam mengusung calonya wajib memiliki 15 persen dukungan di DPRD yang menjadi mitra mereka, namun untuk independen mereka harus punya kemampuan luar biasa menggandeng mitra bila terpilih, dan itu sangat berat," katanya.
Saat ini sudah dua calon gubernur dan wakil gubernur yang mendaftar dari jalur independen yakni Dikdik Mulyana Mansyur (Kapolda Sumsel) - Cecep Nana Suryana Thoyib dan Dedeng Yusuf Maulani - Maman Daning.
Sementara terkait bakal calon yang akan muncul dari partai, Affan memprediksi empat partai dipastikan membidik posisi gubernur seperti PKS, Golkar, Demokrat dan PDIP. "Sebagian sudah mengkristal, meski masih ada yang masih mencari sosok tepat. PDIP contohnya terobsesi di DKI Jakarta, mereka mencari sosok seperti Jokowi," kata Affan Sulaeman menambahkan.