REPUBLIKA.CO.ID, Penggunaan ratib, tak terhenti pada ritual tasawuf belaka.
Tetapi, dalam sejarah, ratib juga dijadikan sebagai salah satu media pendekatan yang moderat untuk mengalihkan tradisi hura-hura di setiap pesta yang digelar masyarakat kala itu. Seperti pesta pernikahan dan lainnya.
Selain ratib Saman, ada pula ratib Haddad (penjaga) yang sederhana dan ringkas. Bacaannya terdiri atas surah al-Fatihah, ayat kursi, surah al-Baqarah ayat 285-286, surah al-Ikhlas, al-Falaq, an-Naas, dan 17 bacaan berupa pengesaan, pujian, dan penyucian atas Zat-Nya.
Biasanya, ratib ini dibaca seusai shalat Subuh yang dipimpin langsung oleh imam dengan bacaan yang keras.
Ada pula bentuk wirid yang disusun mirip dengan ratib, yaitu hizb. Hizb di dunia tarekat dan tasawuf dikenal dengan kumpulan zikir yang disusun oleh seorang guru tarekat atau seorang ulama untuk diamalkan dalam waktu-waktu yang telah ditentukan. Komposisinya juga hampir sama.
Tarekat yang terkenal identik dengan hizb-nya adalah Tarekat Syadziliyah dengan Hizb al-Bahr. Hizb ini disusun oleh Syekh Abu Hasan Ali as-Syadzili yang dibaca sebelum matahari terbit dan seusai shalat Ashar.
Tarekat Qadiriyah juga populer dengan pembacaan hizb. Hizb yang lekat dengan tarekat ini ialah Hizb as-Shaghir, al-Hifdz, dan an-Nashr al-Akbar.