Selasa 27 Nov 2012 06:00 WIB

Wow, Malala Lebih 'Hebat' dari Obama

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Fernan Rahadi
Malala Yousafzai saat dilarikan ke rumah sakit
Foto: EPA
Malala Yousafzai saat dilarikan ke rumah sakit

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perlawanan Malala Yousafzai dalam ketertindasan perempuan di Pakistan menempatkannya sebagai putri terbaik di dunia. Keberanian dan perlawanan gadis 15 tahun ini membuat dia sejajar dengan tokoh dan pemikir sekaliber, Aung San Suu Kyi dan Hillary Rodham Clinton.

Majalah kenamaan di Amerika Serikat (AS) Foreign Policy (FP) mendaulatnya sebagai salah satu tokoh dan pemikir global tahun ini. Nominasi tersebut diumumkan saat Senin (26/11). Seperti dilansir dari situs resminya, FP menempatkan ide dan pemikirannya lebih unggul dibandingkan Presiden AS, Barack Obama.

Majalah politik yang didirikan oleh Samuel Huntington tersebut menempatkan gadis Lembah Swat ini sebagai tokoh dan pemikir global keenam, setelah Bill Gates dan Melinda Gates.

Ide dan gagasan pendidikan yang diperjuangkan Malala sebenarnya bukanlah hasil radikal yang menuntut perubahan dunia. Namun dengan melawan 60 persen persen buta huruf perempuan di Pakistan secara mandiri dan membuatnya hampir terbunuh adalah satu prestasi.

FP menyebut Malala sebagai musuh dan martir perlawanan terhadap totalitarianisme Taliban yang merayap ke kampung halamannya.

Malala menjadi buronan bagi Taliban. Dia mengkampanyekan pendidikan melalui tulisan dalam sebuah blog yang disiarkan BBC saat dia berumur 12 tahun, yakni pada 2009 silam. Dalam tulisannya dia menggambarkan situasi kelam Lembah Swat dalam penguasaan Taliban.

"Adik saya lima tahun sedang bermain di halaman rumah. Ketika ayah bertanya, apa yang kamu buat? Adikku menjawab, 'saya sedang membuat kuburan'," demikian ditulis Malala dalam salah satu tulisan di blognya.

FP mensejajarkan kampanye dan curhatan Malala dengan buah tangan Annelies Marie Frank (1929-1945), yang menuliskan dalam buku hariannya tentang ketertindasan Yahudi saat Nazi merangsek ke Belanda saat Perang Dunia ke-II.

Pada Oktober lalu, seorang pria muda dengan senjata laras panjang mendapatkan Malala dalam sebuah bus yang hendak mengantarkannya pulang dari sekolah. Peluru tajam dari senjata tersebut menembus kepala dan leher Malala. Malala sempat koma selama sebulan sebelum dilarikan ke Rumah Sakit Queen Elisabeth di Birmingham, Inggris.

Keberaniannya masih dibutuhkan untuk menginspirasi manusia lainnya berdiri melawan ketertindasan. Internasional juga mendaulatnya sebagai gadis yang pantas menerima Nobel Perdamaian, ketimbang anugerah tersebut jatuh ke Uni Eropa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement