REPUBLIKA.CO.ID,LONDON -- Sebagai penggagas gerakan solidaritas untuk Palestina, Frederic Kanoute merasa prihatin dengan kehidupan rakyat di Tepi Barat, terutama Jalur Gaza. Mereka masih belum menikmati kebebasan dan hidup di bawah kependudukan militer Zionis. Yang membuatnya miris, baru-baru ini jet tempur Israel membombardir Jalur Gaza hingga menewaskan ratusan orang yang kebanyakan korbannya adalah remaja dan anak-anak.
Namun karena bergerak di bidang sepak bola, maka gerakan solidaritas itu bertujuan mengumpulkan dana sumbangan yang ditujukan untuk pembangunan stadion. Kanoute mendapat informasi bahwa pada 10 November lalu, tentara Israel meledakkan Stadion Gaza hingga menewaskan empat pemuda yang sedang bermain sepak bola.
Korban berusia 16 dan 17 tahun itu adalah Mohamed Harara dan Ahmed Harara, serta Matar Rahman dan Ahmed Al Dirdissawi, yang berusia 18 tahun. Pihaknya juga mendapat informasi bahwa pemain klub Al Amari, Omar Rowis (23) dan Mohammed Nemer (22) telah ditangkap dan dipenjara di Israel tanpa persidangan.
Hal itu dinilainya tidak dapat diterima, sebab tindakan membunuh seseorang yang bermain sepak bola maupun menahan pesepak bola profesional merupakan tindakan melanggar hukum. "Tindakan ini bertentangan dengan nilai-nilai sepak bola," kecam mantan pemain Tottenham Hotspur dan Sevilla itu.
Yang membuatnya bingung, tindakan itu dilakukan di saat Israel ditunjuk FIFA sebagai tuan rumah Piala Eropa U-21 pada 2013. Meski baru-baru ini dilakukan gencatan senjata, namun rakyat Palestina masih hidup dalam pendudukan di bawah tekanan Israel.
"Mereka harus dilindungi komunitas internasional," seru pemain berusia 35 tahun itu. "Semua manusia berhak untuk hidup secara bermartabat, menikmati kebebasan, dan keamanan."