REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Empat hari masa kampanye Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta berlangsung, berbagai program unggulan pun ditawarkan kepada warga Jakarta. Namun berbagai program kampanye tersebut dianggap pengamat masih sangat monoton dan tidak ada sesuatu yang baru.
Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bakti mengatakan kebanyakan kampanye politik enam pasangan calon masih sangat monoton dan tidak ada sesuatu yang baru.
"Tidak ada kreatifitas dalam kampanye, isinya hanya janji mengatasi saja," ujarnya dalam acara diskusi 'Pilkada Jakarta untuk Siapa?', di Gedung LIPI, Jakarta, Rabu (27/6).
Kreatifitas dalam berkampanye itu, jelas Ikrar, adalah menjelaskan secara tahapan apa yang akan mereka lakukan untuk mencapai program kampanye tersebut. Termasuk membuka secara jujur bagaimana berbagai program gratis yang mereka janjikan.
Karena itu, ungkap Ikrar, program serba gratis yang mereka tawarkan adalah program pemerintah pusat, seperti pendidikan gratis dan kesehatan gratis. "Itu yang hingga sekarang tidak mau diakui pasangan calon, sehingga ini menjadi bahan obralan yang sebenarnya pun tidak terlalu inovatif bagi masyarakat," ungkap Ikrar.
Tak lupa, Ikrar juga mengkritisi kampanye incumbent yang mengklaim bahwa Kanal Banjir Timur (KBT) dan Mass Rapid Transit (MRT) adalah kesuksesan pemerintahannya. Menurut Ikrar dua proyek tersebut, dari apa yang disampaikan Kwik Kian Gie adalah proyek pemerintah pusat.
"MRT itu adalah proyek pusat yang ditandatangani pak Kwik pada 2003 ketika menjabat sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional," ungkapnya.