REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Setelah kemunculan kembali kasus kematian ribuan itik di tiga wilayah, Blitar, Kediri dan Tulungagung November lalu. Dinas Peternakan (Disnak) Provinsi Jawa Timur (Jatim) mengakui wilayahnya menjadi endemik baru flu burung meski sempat hilang pada 2011 lalu.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Disnak Jatim, Drh. Emmylia menegaskan kemunculan kembali kasus flu burung ini memfokuskan kembali target Jatim terbebas dari flu burung pada 2019. "Kemunculan kasus flu burung ini, kembali membuat Disnak menargetkan 2019 Jatim bebas flu burung," ujarnya kepada Republika, Rabu (12/12).
Keinginan tersebut, diakuinya bukan tanpa dasar. Menurut dia, pengalaman Jatim dalam penanganan flu burung sejak 2006 hingga 2010 membuat Jatim memiliki satuan penanganan yang lebih terpadu.
Di Disnak, jelas dia, satuan tugas dari PDSR (Participatory Disease Surveillance Responsif) telah bekerja cukup bagus dalam menangani kasus kematian unggas di peternak. Petugas PDSR juga telah meningkatkan partisipasi semua pihak termasuk warga untuk peduli melaporkan ketika ada temuan kasus flu burung.
Dalam penanganan medis, RS Dr. Soetomo telah memiliki program penanganan medis terpadu khusus flu burung. Menurut Wakil Ketua tim dokter penanganan flu burung RS Dr. Soetomo Surabaya, dr. Laksmi Wulandari, RS Dr. Soetomo sudah memiliki protap jelas dalam menangani kasus flu burung sehingga membuat penanganan pasien lebih cepat.
"Semua protap itu sudah berjalan mulai dari instalasi Rawat Darurat pemeriksaan awal di ruang isolasi hingga penanganan dokter khusus flu burung," jelasnya. obat-obatan seperti tamiflu juga sudah disiapkan dengan jumlah yang cukup, untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya pasien suspek terbaru.