REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pembubaran Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dan Rintisan SBI, dinilai positif oleh Guru SMA Muhammadiyah Denpasar, Abdul Hakim SH.
Ia menilai selama ini status RSBI atau SBI dijadikan alat mengomersialkan sekolah, dengan memungut biaya pendidikan yang mahal. Padahal, kata Abdul Hakim, sekolah bersangkutan belum tentu memenuhi standar atau kualifikasi yang ditetapkan sebagai sekolah bertaraf mendunia.
"Ada sekolah yang hanya punya murid belasan orang, tapi sudah memasang cap sebagai RSBI. Ini seperti akal-akalan," katanya di Denpasar, Rabu (9/1).
Mantan Kepala SMA Muhammadiyah Denpasar itu mengatakan, dalam praktik ternyata banyak sekolah yang tidak masuk dalam RSBI, punya murid yang berkemampuan mengagumkan.
Bahkan bila dilihat dari output-nya, banyak yang justru berhasil masuk ke sekolah favorit atau perguruan tinggi negeri yang menjadi rebutan.
"Jadi kalau mau ada klasifikasi lagi, mestinya hindari komersialisasi dan mutu sekolah harus benar-benar mendapat perhatian," katanya mengakhiri.