REPUBLIKA.CO.ID, GARUT---Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat, melakukan pemeriksaan penyebab kematian hewan unggas jenis itik yang melanda Desa Cintakarya, Kecamatan Samarang.
"Kita ambil sampel darah unggas untuk dilakukan uji laboratorium agar tahu jenis virus apa yang menyerang itik," kata Kepala Seksi Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan, Kabupaten Garut, drh Dyah Savitri kepada wartawan, Selasa.
Ia mengatakan uji laboratorium untuk mengetahui keakuratan penyebab kematian itik tersebut karena virus H5N1/flu burung atau penyakit dan virus lainnya.
Berdasarkan pengakuan para peternak, kata Dyah, itik yang mati di Kampung Cimanggah, Desa Cintakarya, sebelum mati mengalami gejala yang sama yakni lemas dan kejang-kejang.
"Keterangan dari peternak itik belum bisa disimpulkan apakah itu karena flu burung atau bukan, kita tunggu hasil lab saja," katanya.
Upaya mencegah wabah kematian itik tersebut, Dyah mengimbau kepada peternak agar segera memusnahkan itik jika diketahui sudah mati dengan cara dikubur, tidak dibuang ke sungai.
Ia menyarankan agar peternak atau masyarakat sementara waktu tidak mengkonsumsi dulu itik, karena khawatir menularkan penyakti ke manusia.
"Kalau ada unggas mati harus segera dikubur atau dibakar, jangan dibuang begitu saja, agar virusnya tidak menyebar," kata Dyah.
Dilaporkan kematian itik di satu Desa Cintakarya mencapai 1.308 ekor sejak memasuki awal tahun 2013.
Para peternak itik di desa itu khawatir hewan ternaknya terus mati jika pemerintah tidak segera mencari solusi pencegahan wabah kematian itik tersebut. "Kalau terus dibiarkan bisa jadi itik yang ada di desa sini habis tertular penyakit aneh," kata Ketua Kelompok Peternak Bebek Kampung Cimanggah, Desa Cintakarya, Jeje Jamaludin.