REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Sopir, kondektur, dan karyawan bus Trans Bandar Lampung (bus rapid transit/BRT), akan menggelar aksi unjuk rasa yang kesekiankalinya, Senin (21/1). Gaji mereka belum dibayar sejak Oktober 2012.
Pekerja BRT ini akan mengadukan nasibnya di Dinas Tenaga Kerja (disnaker) kota Bandar Lampung. Sebelumnya, mereka berkumpul di pool Terminal Rajabasa.
Suwidi, salah seorang kondektur BRT, mengaku perusahaan belum menepati janjinya untuk membayar hak karyawan berupa gaji, tunjangan transportasi, dan tunjangan makan, sejak Oktober 2012.
"Kami minta ketegasan perusahaan terhadap hak kami," katanya.
Pekerja BRT selalu mendapat janji-janji muluk perusahaan untuk segera membayar hak karyawan. Namun, pekerja masih menjalankan tugasnya hingga empat bulan terakhir.
Bus trans ini baru beroperasi pada awal tahun lalu. Bus ini beroperasi seperti layaknya trans jakarta, melayani berbagai rute di wilayah kota Bandar Lampung.
Terhambatnya gaji, kata Suwidi, banyak karyawan yang mengalami stres karena tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga hingga tiga bulan lebih.
Manajemen BRT, mengaku sejak beroperasi selalu mengalami krisis keuangan. Menurut Direktur BRT, I Gede Jelantik, pihaknya masih mensubsidi beroperasinya bus tersebut.
Bahkan, manajemen terpaksa tidak menjalankan puluhan busnya karena tak sanggup mensubsidinya setiap hari mencapai ratusan ribu rupiah per unit bus setiap hari.
Karyawan berharap disnaker bisa mencari solusi kesulitan karyawan setelah gaji dan tunjangan belum dibayar.