REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian luar negeri (Kemlu) Indonesia pulangkan empat Anak Buah Kapal (ABK) Warga Negara Indonesia (WNI) yang terlantar di Port of Spain, Trinidad dan Tobago, Afrika.
Direktur Informasi dan Media Kemlu PLE Priatna mengatakan, empat ABK itu akan tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (6/2) besok sekira pukul 18.10 WIB.
“Mereka merupakan rombongan (tahap) terakhir dari 154 ABK WNI yang dipulangkan Kemlu,” kata Priatna di Jakarta, (5/6) dalam rilis yang diterima Republika.
Priatna menjelaskan, dengan dipulangkannya keempat ABK WNI tersebut, maka keseluruhan ABK telah berhasil dipulangkan ke Indonesia. Seluruh biaya baik logistik maupun biaya pemulangan mereka menggunakan anggaran Kemlu.
Lebih lanjut, dia menuturkan, terlantarnya para ABK merupakan akibat dari tidak bertanggungjawabnya perusahaan penangkap ikan yang telah mempekerjakan mereka.
Priatna menambahkan, mereka dikirim oleh PT Karlwei Multi Global dan PT Bahana Samudra Atlantic sebagai perusahaan perekrut, dan dipekerjakan oleh perusahaan Taiwan PT Kwo Jeng Trading Ltd.
Tapi perusahaan yang mempekerjakan mereka menyatakan pailit dan tidak mampu lagi membiayai operasional kapal tersebut, bahkan seluruh gaji ABK tidak dibayar.
“Akibatnya, para ABK WNI yang bekerja pada sembilan kapal tersebut telah terlantar di Port of Spain,” ucap pria berkacamata ini.
Sejak diketahuinya kasus tersebut pada Juni 2012 lalu, KBRI Caracas melalui Konsul Kehormatan RI di Trinidad dan Tobago telah memberikan perlidungan berupa bantuan kesehatan, makanan, akomodasi, dan kebutuhan sehari-hari lainnya.
Priatna menambahkan, Kemlu mengirim pejabatnya untuk melihat kondisi di lapangan. Berbagai langkah penanganan telah dilakukan oleh Kemlu, antara lain, memanggil dan meminta pertanggungjawaban perusahaan perekrutan di Indonesia, mengirim tim kecil ke Port of Spain, meminta pihak otoritas di Trinidad dan Tobago untuk segera menyita dan menjual kapal-kapal milik Taiwan tersebut.