REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penghargaan yang diterima Pensiunan Angkatan Laut AS ini berangkali tidak sebesar jasanya yang diberikan ke pemerintah. Meski telah membunuh musuh utama AS, Osama Bin Laden, anggota dari tim 23 Navy Seal tersebut dicampakkan pemerintah AS tanpa asuransi kesehatan dan dukungan keuangan.
Majalah Esquire yang dituliskan kembali oleh The Guardian, menceritakan kisah komando yang terakhir melihat Bin Laden hidup. Mantan Komando tersebut menyerbu sebuah rumah di Abbittabad, Pakistan pada 2 Mei 2011 dan membunuh orang paling dicari di dunia. Namun, saat dia ingin kembali ke kehidupan warga sipil, tunjangan kesehatan dihentikan.
Mantan komando yang tidak disebutkan namanya tersebut, memutuskan untuk pensiun dini tiga tahun sebelum 20 masa resmi pelayanannya habis. Akibatnya, dia harus menerima perlakuan tidak menyenangkan. "Jaminan kesehatan untuk saya dan keluarga dihentikan. Mereka mengatakan bahwa saya di luar layanan sehingga jaminan sudah selesai, " ungkapnya.
Bahkan, Angkatan Laut hanya berterima kasih untuk jasanya selama 16 tahun mengabdi. "Kamu pergi sendiri," kata dia menirukan pejabat angkatan laut.
Dia mengatakan jika dia terbunuh dalam operasi khusus, keluarganya akan bernasib jauh lebih baik dibandingkan ketika pensiun. "Saya tahu keluarga saya akan diurus. Kuliah dibayari, dan mereka akan baik-baik saja," kata dia.
Akan tetapi, ketika dia pensiun, dia menyebut tidak memiliki tunjangan kesehatan yang lebih baik. "Sedih untuk mengatakan, lebih baik jika saya terbunuh, " ungkapnya.
Dia juga mengkritik kurangnya perlindungan keamanan bagi dirinya dan keluarga setelah membunuh Bin Laden. Dia mengatakan hanya ditawari program perlindungan saksi. Dia akan diberikan identitas baru sebagai sopir truk.
Kepada majalah Esquire, mantan anggota Navy Seal itu mengatakan telah menembak Bin Laden. "Aku menembaknya, dua kali di dahi. Pada tembakan kedua dia jatuh. Dia jatuh ke lantai di depan tempat tidurnya dan aku menembaknya lagi. Di tempat yang sama, dia mati, " jelas dia.
Angkatan laut menyatakan mereka tidak bisa mendukung keuangan mantan komando tersebut setelah pensiun. "Kami menganggap serius keselamatan dan keamanan rakyat dan bertanggung jawab membantu transisi pasukan ke kehidupan sipil. Tanpa lebih banyak informasi, kasus ini akan sulit menentukan sejauh mana program transisi kami berhasil, " ungkap mereka.