Sabtu 16 Feb 2013 18:54 WIB

KONI-KOI Harus Lihat Undang-Undang

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Mansyur Faqih
Agum Gumelar
Agum Gumelar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) diminta melihat lagi undang-undang yang ada. Dengan melihat fungsi masing-masing organisasi, diharapkan bisa menyelesaikan silang pendapat antara keduanya. 

Mantan Ketua Umum KONI, Agum Gumelar mengatakan, dua lembaga itu memiliki tugas yang berbeda. Sebagaimana diatur dalam UU Nomor 3/2005. "Dalam undang-undang sudah jelas tugasnya. KOI bertugas untuk menjembatani partisipasi atlet di multievent. Sedangkan KONI melakukan pembinaan ke tiap PB," ujar Agum, Sabtu (16/2).

Menurut Agum, kedua organisasi itu bisa saja disatukan. Namun syaratnya undang-undang tersebut harus diubah. Karena, dua organisasi ini pun dipisahkan atas dasar undang-undang itu. 

Dia mengharapkan agar organisasi tersebut bisa saling bekerjasama sesuai dengan peraturan yang berlaku.

"Di olahraga, kita selalu menekankan kepada para atlet untuk mengikuti aturan, maka pembinanya juga harus ikut aturan," katanya.

Ketua Umum KOI, Rita Subowo menambahkan, KONI dan KOI tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Bahkan, seharusnya bisa saling bekerjasama. Meskipun awalnya hanya ada KONI dan kemudian pemerintah membuat undang-undang untuk membentuk satu organisasi lain dengan tugas yang berbeda. 

Menurut Rita, perselisihan ini bisa diselesaikan jika kedua belah pihak mau duduk bersama untuk membahas hal tersebut. Selama ini, KOI mengklaim bahwa sudah menjalani tugas sesuai dengan peraturan yang berlaku.

"Kalau memang mau dipersatukan kita kembalikan lagi ke pemerintah dan undang-undang itu harus diubah," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement