REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Hasil survei Lembaga Survei Jakarta (LSJ) Selasa (19/2) terhadap elektabilitas partai politik peserta pemilu menunjukkan hasil yang cukup mengejutkan pada beberapa partai. Elektabilitas Partai Hanura ditunjukkan lebih tinggi dibanding Partai Nasdem.
Menurut peneliti senior LSJ, Rendy Kurnia, dari survei yang dilakukan dari tanggal 9 sampai 15 Februari 2013 itu, gonjang-ganjing di tubuh Nasdem turut mempengaruhi elektabilitas partai yang didirikan Surya Paloh tersebut.
Ditinggalkannya Nasdem oleh Hary Tanoesudibjo yang kemudian berpindah ke Hanura turut diyakini oleh 31,9 persen responden mempengaruhi elektabilitas Nasdem. Namun, pengaruhnya menurut Rendy tidak terlalu signifikan.
"Elektabilitas Nasdem 4,5 persen. Sedangkan Hanura lebih unggul 5,8 persen," kata Rendy, di Restoran Pulau Dua Senayan, Jakarta, Selasa (19/2).
Keluarnya Akbar Faizal dari Hanura, lanjut Rendy, tidak berpengaruh terhadap elektabilitas Partai Hanura. Apalagi sikap dingin segenap jajaran Hanura menanggapi bergabungnya politisi asal Makassar itu membuat simpatisan Hanura tetap optimis.
Bahkan bergabungnya Hary Tanoe seakan menjadi durian runtuh bagi Hanura. Di tengah gejolak politik yang memanas di tubuh Partai Demokrat dan PKS, Hanura malah berpesta. "Dibandingkan sebelumnya, elektabilitas Hanura memang meningkat," ungkap Rendy.
Sehingga, saat 1.225 responden di 33 provinsi Indonesia dengan margin of error 2,8 persen ditanyakan bila pemilu diadakan hari ini, 5,8 persen menjawab akan memilih Hanura. Secara keseluruhan, LSJ menunjukkan elektabilitas tertinggi diraih Partai Golkar dengan angka 18,5 persen.
Peringkat kedua, PDIP 16,5 persen. Diikuti Partai Gerindra dengan perolehan 10,3 persen. Sedangkan Partai Demokrat terjun bebas ke angka 6,9 persen. Kemudian peringkat ke lima Partai Hanura 5,8 persen, diikuti Partai Nasdem 4,5 persen. Sedangkan PKS harus rela dengan elektabilitas 2,6 persen. Kemudian PAN 2,5 persen, PPP 2,4 persen, dan PKB 1,8 persen.