Sabtu 02 Mar 2013 16:37 WIB

Baku Tembak Polisi-Sipil di Sabah, 14 Orang Tewas

Rep: aldian wahyu ramadhan/ Red: Taufik Rachman
Penembakan  (ilustrasi)
Foto: Reuters/Joshua Lott
Penembakan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,KUALA LUMPUR – Sedikitnya 14 orang tewas setelah baku tembak di Sabah, Malaysia, pada Jumat (1/3) lalu. Pertikaian terjadi antara kepolisian Malaysia dengan 200 pengikut Kesultanan Sulu yang mencaplok sebuah pedesaan di timur Malaysia.

Baku tembak pecah setelah terbit keputusan pemerintah Malaysia untuk mengakhiri pertikaian yang telah terjadi selama tiga minggu.

 

Pengikut Kesultanan Sulu di Selatan Filipina mendarat di pesisir pedesaan Lahad Datu di Kota Sabah pada (9/2) lalu untuk menunjukkan wilayah itu adalah milik mereka. Alasan mereka dokumen kepemilikan dari tahun 1800.

 

Kepala Polisi Sabah Hamza Taib mengatakan, setidaknya 12 pengikut Kesultanan Sulu dan dua petugas kepolisian Malysia tewas pada Jumat (1/3) lalu. Mereka menghembuskan nafas terakhir saat adu tembak yang berlangsung selama 30 menit. Kini pemerintah Malaysia mengetatkan penjagaan di sekitar desa dimana pengikut dari Klan tersebut melepaskan tembakan.

 

Menurut dia pertikaian terus berlanjut. ‘’Kita tidak ingin menyerang mereka namun mereka menembak kita. Kita tidak memiliki pilihan lain selain menembak balik,’’ kata dia ketika dihubungi AP.

 

Perdana Menteri Malaysia Najib Razak seperti dikutip surat kabar Malaysia The Star mengatakan, dia telah memberikan perintah kepada petugas keamanan untuk melakukan apapun yang perlu untuk mengakhiri kebuntuan ini.

 

Dia menyesal atas terjadinya pertumpahan darah. ‘’Saya sedih karena insiden itu tapi hal tersebut terjadi karena keinginan kita untuk mencegah pertumpahan darah yang akhirnya benar-benar terjadi,’’ kata Najib.

 

Desa itu dikuasai oleh grup yang diketuai oleh Agbumuddin Kiram, kakak dari kepala Klan Kesultanan Sulu. Kelompok itu awalnya menolak permintaan dari Presiden Filipina Benigno Aquino III untuk segera angkat kaki atau menghadapi hukuman di negara dengan tuduhan memicu pertikaian senjata.

 

Pemerintah Filipina, mengutip Duta Besar Malaysia untuk Filipina, Mohamad Zamri Mohamad Kassim, menuturkan, 10 pengikut dari klan telah menyerahkan diri ke polisi setelah adu tembak. Sementara itu pengikut lainnya melarikan diri dan sedang diburu oleh kepolisian Malaysia.

 

Namun Hamza mengatakan hal yang berbeda. Menurut dia tidak ada satupun yang menyerahkan diri. Para pengikut klan, sambung dia, tetap bertahan di desa itu dan operasi pengamanan sedang berlangsung.

‘’Kita akan menganalisa situasi kembali. Kita ingin mereka menyerahkan diri. Bila mereka tetap melawan, kita tidak punya pilihan, namun tidak ada jangka waktu,’’ kata dia.

 

Pemerintahan Filipina kembali meminta kelompok itu untuk menyerahkan senjata dan pulang ke kampung halaman. ‘’Pertentangan harus segera dihentikan untuk solusi damai dari insiden ini,’’ kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Peter Paul Galvez.

 

Pihak Filipina menginginkan tim medis di kapal angkatan laut mereka mendekati desa itu untuk mendarat dan mengobati warga Filipina yang telah terluka pada tragedi Jumat lalu itu dan membawa mereka dan lainnya kembali ke negara asal. Tidak ada respon terhadap permintaan ini.

 

Pada Jumat lalu, Kiram berkata kepada stasiun radio Filipina DZBB, kepolisian Malaysia telah mengepung desa yang melepaskan tembakan dan pihaknya menembak balik. ‘’Mereka tiba-tiba menyerang, kita harus mempertahankan diri,’’ ujar Kiram dengan suara tembakan saat sedang diwawancara melalui sambungan telepon.

 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement