REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Golkar membantah kekalahan mereka di sejumlah pilkada sebagai bukti melemahnya konsolidasi kader di daerah. Dikatakan, pilkada memang lebih ditentukan oleh faktor figur ketimbang partai politik.
"Untuk partai sebesar Golkar, pemilukada itu sesekali tidak semata-mata untuk menang," kata Ketua DPP Partai Golkar Hajriyanto Y Thohari ketika dihubungi Republika, Jumat (8/3).
Bagi Golkar, lanjutnya, pemilukada merupakan ajang untuk meningkatkan konsolidasi organisasi. Termasuk menyediakan kesempatan bagi kader untuk maju dalam setiap pemilukada.
Sebagai contoh, majunya Jusuf Kalla (JK) di pilpres 2009. Ketika itu berdasarkan survei elektabilitas JK sangat rendah. Namun Golkarnya sebagai capres. "Demikian juga dengan pilkada sekarang ini," katanya.
Meski pun begitu, ia menilai kekalahan Golkar di sejumlah pilkada memberi pelajaran berarti. Yaitu untuk meningkatkan perbaikan prosedur dan mekanisme seleksi calon kepala daerah.
Bagi Hajriyanto, Golkar tidak akan lagi memaksakan diri mengajukan calon kepala daerah bila elektabitas sang calon rendah. "Golkar tidak perlu memaksakan diri mengajukan calon gubernur/bupati/walikota jika memang berat elektabilitasnya," ujarnya.