Jumat 08 Mar 2013 21:04 WIB

Harga Sayuran di Bandung Melambung

Rep: Djoko Suceno/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Sayur mayur
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Sayur mayur

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG–Harga beberapa jenis sayuran di sejumlah pasar tradisional di Kota Bandung mengalami kenaikan. Bahkan beberapa diantaranya mengalami lonjakan yang signifikan seperti bawang merah dan wortel.

Harga kedua jenis sayuran ini meroket hingga dua kali lihat dari harga normal. Kenaikan harga sejumlah sayuran ini dikeluhkan oleh ibu rumah tangga dan pengelola warung nasi skala kecil.

Menurut penuturan Ny Ani Yudi (50 tahun), sudah sepekan lebih harga sayuran di Pasar Kosambi mengalami kenaikan. Setiap hari, kata dia, beberapa jenis sayuran mengalami kenaikan Rp 1.000. Ia menyebutkan, bawang merah dari Rp 16 ribu per kilogram kini meroket menjadi Rp 34 ribu.

‘’Sudah dua pekan ini harganya naik Rp 1.000 per hari,’’kata pengelola warung nasi di Jl Ambon ini kepada Republika, Jumat (8/3).

Ani mengatakan selain bawan, cabe rawit juga mengalami kenaikan tajam. Saat ini, kata dia, harga cabe rawit per kilogram mencapai Rp 34 ribu, padahal sebelumnya hanya Rp 15 ribu.

Ia mengaku bingung dengan lonjakan harga sayuran dan bumbu di pasaran. ‘’Jadi bingung bagaimana menjual barang dagangan saya. Dinaikan takut pelanggan kabur, tidak dinaikkan saya tekor,’’kata dia sambil mengerutkan dahinya.

Keluhan yang sama juga diungkapkan Ny Fatimah (45), warga Antapani, Kota Bandung. Ibu tiga anak ini merasa harga-harga sayuran semakin tak terkendali. Ia menyebutkan, harga bawang daun di Pasar Cicaheum, Kota Bandung, meroket hingga Rp 14 ribu per kilogramnya, pada sebelumnya hanya Rp 8.000

‘’Saya Tanya ke penjual alasan kenaikan dia bilang faktor cuaca. Padahal saya lihat suplai di pasar banyak,’’kata dia.

Kenaikan harga sayuran tersebut diakui Misno (34), pedagang sayuran di Pasar Cicaheum. Menurut dia, kenaikan harga sayuran disebabkan musim hujan yang masih terus terjadi. Curah hujan yang tinggi, kata dia, membuat produksi sayuran mengalami penurunan. Produksi yang rendah ini, kata dia, berakibat pada naiknya harga. ‘’Permintaan banyak, barang sedikit. Biasa hukum pasar."

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement