REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO -- Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan mengoptimalkan kinerja dokter jiwa untuk melakukan konseling kepada masyarakat seiring maraknya aksi bunuh diri di wilayah setempat.
Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo di Kulon Progo, Selasa (2/4), mengatakan prihatin terhadap tingginya angka bunuh diri, di mana dalam tiga hari terakhir terjadi tiga kasus bunuh diri.
"Saat ini konseling kepada masyarakat belum berjalan. Untuk itu, kami minta Dinas Kesehatan untuk menerjunkan dokter jiwa untuk konseling baik di Posyandu maupun puskesmas," kata Hasto.
Selain dokter jiwa, kata Hasto, pihaknya akan meminta mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta membuat program salah satunya konseling kejiwaan kepada masyarakat.
Menurut Hasto, Kulon Progo memiliki kemiripan dengan Gunung Kidul dalam hal tingginya angka bunuh diri. Hal ini disebabkan oleh tingginya angka kemiskinan.
Ia mengatakan, jika angka bunuh diri di Gunung Kidul tinggi, maka Kulon Progo menjadi daerah yang paling mungkin tertular sebab Gunung Kidul dan Kulon Progo merupakan dua daerah dengan angka kemiskinan paling tinggi di DIY. "Untuk kasus bunuh diri di Kulon Progo masih membutuhkan kajian psikologis lebih lanjut. Akar penyebabnya memang kemiskinan," katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo Bambang Haryatno mengatakan di Kulon Progo hanya memiliki satu dokter jiwa yang bertugas di RSUD Wates.
Meski demikian, ia mengatakan, Dinkes sudah menyiapkan program konseling di puskesmas bagi masyarakat sesuai instruksi bupati.
"Untuk memberikan konseling kepada masyarakat, kami akan optimalkan mahasiswa kedokteran UGM yang sedang KKN di Kulon Progo. Mereka akan membantu memberikan konseling bagi masyarakat," katanya.