Senin 08 Apr 2013 15:04 WIB

Rendah, Industri Konsumsi Batam Bersertifikat Halal

Sertifikat Halal
Sertifikat Halal

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Baru sekitar satu persen dari lebih 100.000 industri konsumsi di Kota Batam Kepulauan Riau tersertifikasi halal. Padahal industri konsumsi perlu mendapatkan sertifikasi halal Majelis Ulama Indonesia (MUI) di antaranya hotel, restoran, katering, air minum, es batu dan supermaket.

"Sudah 1.000-an produk dapat sertifikasi halal. Tapi, secara persentase, itu baru satu persen," kata Wakil Direktur LPPOM MUI Kepri Khaeruddin Nasution di Batam, Senin (8/4).

Menurut Khaeruddin Nasution, kesadaran pemilik usaha konsumsi untuk mendapatkan sertifikasi halal sangat kecil. Karena itu MUI terus melakukan rangkaian sosialisasi. MUI, kata dia, juga mempermudah pengurusan sertifikat halal.

"Kami tidak pernah mempersulit sertifikasi halal. Kalau ada yang belum halal, kami bimbing agar segera menjadi halal," kata Khaeruddin menjelaskan.

Misalnya ada rumah makan yang belum halal, kata dia mencontohkan, MUI akan merekomendasikan mengubah bahan bakunya agar menjadi halal.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batam Yusfa Hendri mengatakan sertifikasi makanan di hotel dan restoran penting untuk memberikan kenyamanan kepada pelancong dalam dan luar negeri yang harus dan ingin menikmati makanan halal.

"Batam saat ini sudah jadi salah satu destinasi wisata kuliner, jadi sertifikasi halal penting," kata dia.

Menurut Yusfa, sertifikasi halal tidak melarang masakan non-halal beredar, melainkan memperjelas yang mana halal dan tidak. "Hotel tetap menjual makanan non halal, tapi harus dipisahkan dapur halal dan non halal," kata Yusfa.

Ia berharap dengan kepastian halal dan non-halal dapat meningkatkan kunjungan Wisman dari Malaysia dan Arab.

Sebelumnya, wisatawan muslim asal Singapura mengeluhkan sertifikasi halal di kedai makan, restoran dan hotel yang berada di Batam.

"Jarang ada yang menempel sertifikat halal, kami harus tanya dulu," kata warga Singapura Amran. Ia mengatakan ragu bersantap di tempat yang belum berlogo halal.

"Kami tidak tahu apa itu halal atau tidak, pemiliknya bilang tidak ada babi, tapi halal lebih dari itu. Apa ayamnya dipotong dengan nama Allah atau tidak," kata dia menjelaskan.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement