REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan rotan imitasi dikhawatirkan membuat industri rotan makin terpuruk. Padahal produksi rotan Indonesia mencapai 80 persen hingga 90 persen populasi rotan di dunia. "Larangan ekspor rotan mendorong pengusaha memakai bahan subsitusi termasuk rotan imitasi atau plastik," ujar Sekjen Asosiasi Pengusaha Rotan Indonesia (APRI), Lisman Sumardjani, Ahad (21/4).
Penggunaan rotan imitasi ini juga dilakukan oleh industri mebel dan kerajinan rotan. Hal ini didorong dengan berkurangnya industri bahan baku rotan di daerah yang gulung tikar. Data APRI menunjukkan hanya tersisa dua industri pengolahan rotan di Sumatera, satu industri rotan setengah jadi di Kalimantan, dan 15 industri rotan setengah jadi Sulawasi. Sementara di Pulau NTB, aktifitas industri rotan sudah terhenti.
APRI pun menagih janji pemerintah paska terbit kebijakan Permendag No, 35, 36 dan 37 tahun 2011. Salah satunya janji pemerintah yang akan menyerap semua produksi rotan dari daerah melalui sistem resi gudang. "Sampai sekarang, bahkan gudangnya pun belum ada," ujar Lisman.
Janji lain yang juga ditagih yaitu upaya mendatangkan investor untuk industri mebel dan kerajinan rotan Indonesia, termasuk di luar Jawa. Menurutnya belum satu pun janji yang dipenuhi oleh pemerintah. Dampak pelarangan ekspor justru menghancurkan para petani dan pengusaha rotan di daerah luar pulau Jawa.
Baru-baru ini industri rotan juga dihantui oleh aksi penyelundupan. Rotan yang diselundupkan merupakan rotan sega atau kubu yang berasal dari Kalimantan. Rotan jenis ini mudah diprores, sehingga siap dijual dalam waktu 10 hari saja.
Pemerintah diminta turun tangan menyelidiki laporan ini. Pemakaian rotan Kalimantan kini hanya sekitar 30 ton per bulan. Padahal jika dibudidayakan, Kalimantan bisa menghasilkan rotan lebih dari 5.000 ton per bulan. "Rotan ini umumnya memang tidak dipakai di dalam negri," kata Lisman kepada ROL.
Tahun ini ekspor rotan ditargetkan naik sebesar 40 persen. Demi menunjang nilai jual rotan dalam negri, pemerintah bekerjasama dengan Innovations Zentrum Lichtenfeis dalam mendatangkan desainer rotan. Sebelumnya Wakil Menteri Perindustrian Alex SW Retraibun mengatakan Jerman memiliki teknologi pengembangan produk sesuai selera pasar global.
Kerja sama yang dilakukan pihak Pusat Inovasi Rotan Nasional (Pirnas) ini diharapkan menjadi perkenalan produk rotan Indonesia di mata dunia. Produk rotan khas Indonesia diharapkan bisa mulai dipamerkan di Cologne, Jerman mulai tahun depan. Ekspor produk rotan tahun lalu mencapai nilai US 200 juta dolar AS.