REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto membantah keras rumor Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memanfaatkan intelejen untuk mengawasi dan membuntuti tokoh-tokoh politik tertentu.
"Kayak kurang kerjaan saja intelejen 'ngurusin Anas (Urbaningrum). Banyak kerjaan lain yang jauh lebih bermanfaat. Enggak ada itu!!," kata Djoko lewat pesan singkat, Senin (22/4).
Sebelumnya, lewat akun Twitter, mantan ketua umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum sempat berkicau tentang dirinya yang merasa diikuti oleh intelejen ketika Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat digelar di Bali akhir bulan lalu.
Kala itu, meski tak ikut KLB, Anas berada di Bali. Ia ditemani Gede Pasek Suardika keliling Bali. Anas mengatakan selama di Bali, ia merasa dibuntuti oleh sekelompok orang. Mulai dari dirinya menginap di rumah Gede Pasek, jalan-jalan ke Sanur hingga keliling Bali.
Menurutnya yang dijabarkan lewat Twitter bertanda #alatnegara, Anas sempat ragu dan akhirnya mengetes apakah dirinya diikuti atau tidak. Caranya dengan secara mendadak memutar secara mendadak mobil yang dikendarai. Ternyata, kelompok yang membututi berhenti dan kembali mengikuti Anas.
Anas semakin yakin diikuti intelejen suruhan SBY ketika ada sms dari ajudan SBY kepada Gede Pasek yang meminta agar Anas membuka ponselnya karena ada SMS dari SBY. Padahal, Gede Pasek tidak memberitahu dirinya sedang bersama Anas.