Selasa 30 Apr 2013 11:16 WIB

H7N9 di Cina Sudah Renggut 24 Nyawa

Red: Yudha Manggala P Putra
Para petugas kesehatan dengan seragam pelindung lengkap memusnahkan unggas di pasar Shanghai, setelah ditemukan strain virus H7N9 di Merpati.
Foto: REUTERS
Para petugas kesehatan dengan seragam pelindung lengkap memusnahkan unggas di pasar Shanghai, setelah ditemukan strain virus H7N9 di Merpati.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Jumlah korban meninggal akibat H7N9 di Cina terus bertambah. Seorang warga Shanghai dilaporkan meninggal dunia Senin (30/4) setelah terinfeksi virus unggas tersebut.

Itu artinya, jumlah warga Cina yang meninggal dunia akibat virus tersebut kini sudah mencapai 24 orang dari 126 kasus yang terjadi.

Media setempat, Selasa (30/4), melaporkan hingga pagi ini kasus flu burung H7N9 kasusnya telah mencapai 126 dan menyebar di beberapa kota di Cina, termasuk di Hunan yang baru kali pertama terjangkit sejak virus itu terdeteksi pada bulan Maret 2013.

Pekan ini, Organisasi Kesehatan Dunia menyebut virus tersebut "salah satu yang paling mematikan", dan mengatakan virus tersebut lebih mudah menular dibandingkan turunan sebelumnya yang telah menewaskan ratusan di seluruh dunia sejak tahun 2003.

Meski belum jelas cara penularan virus tersebut, pakar kesehatan WHO sejauh ini belum melihat bukti skenario terburuk penularan antarmanusia.

Sebuah tim beranggotakan pakar kesehatan internasional yang dipimpin WHO dan pemerintah China melakukan penelitian selama lima hari di China. Namun, tidak menemukan petunjuk penularan virus antarmanusia.

Asisten Dirjen WHO untuk keamanan kesehatan, Keiji Fukuda mengatakan bahwa situasinya masih tetap rumit dan sulit serta terus berkembang.

"Kalau kita lihat virus-virus influenza, yang ini merupakan jenis yang sangat berbahaya untuk manusia," kata Fukuda seraya menambahkan jenis yang berbahaya lain adalah H5N1 yang membunuh 30 dari 45 korban terinfeksi di China antara 2003 dan 2013.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement