REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asmara Roni mantan kepala biro penelitian dan pengembangan komunikasi informasi DPP Partai Demokrat lebih memilih hengkang ketimbang bertahan. Dari Demokrat Roni berlabuh ke PKPI.
Dia pergi dengan membawa sekitar 150 pengurus ranting dan anak ranting Demokrat, Sunter, Jakarta Utara. "Demokrat sudah bukan partai untuk rakyat," kata Roni ketika dihubungi Republika, Jumat (3/5).
Kekecewaan Roni dipicu susunan bakal daftar calon anggota legislatif sementara (DCS) Demokrat. Menurutnya bakal DCS Demokrat sarat unsur nepotisme. DCS tidak disusun berdasarkan pertimbangan kapasitas dan kapabilitas kader. Melainkan berdasarkan kedekatan hubungan. "Caleg dari keluarga SBY saja ada 15 orang," sesal Roni.
Kritik Roni tak cuma tertuju kepada keluarga SBY. Dia juga menyasar sejumlah pengurus tinggi Demokrat yang terindikasi memanfaatkan jabatan sebagai pengurus partai.
Beberapa nama yang disebut yaitu Ketua Satgas Penjaringan Caleg Demokrat, Suaedy Marabesy dan Wakil Ketua Majelis Tinggi, Marzuki Alie. "Suaedy membawa istri. Marzuki membawa istri dan anaknya sebagai caleg," ujar Roni.
Roni mengatakan penetapan DCS Demokrat tidak berjalan adil. Kader-kader yang bekerja untuk partai justru dilupakan. Ia pun membantah dalil bahwa penetapan DCS berdasarkan kapasitas, kapabilitas, dan eletabilitas. "Itu nol besar," katanya.
Ia menilai, politik dinasti yang dikembangkan Demokrat akan menjadi bumerang bagi partai penguasa tersebut. "Saya takin suara Demokrat di 2014 anjlok," ujarnya.