REPUBLIKA.CO.ID, Oleh; Nashih Nashrullah
Mushaf ini penulisan pertamanya oleh Soeharto dan rampung pada peringatan 50 tahun kemerdekaan RI, pada 1995. Mushaf ini merupakakan mushaf yang berukuran besar yang ditulis dengan khat indah dan dilengkapi ragam hias dari 27 provinsi Indonesia, termasuk Timor Timur, waktu itu.
Materi Bayt Alquran terkumpul dari koleksi Kementerian Agama dan Yayasan Festival Istiqlal, hasil kerja sama dengan Museum Nasional, Perpustakaan Nasional, dan museum-museum daerah.
Selain itu, sumbangan juga datang dari para kolektor dan pemilik benda bersejarah, baik lembaga maupun perorangan serta dari seniman di Indonesia, Singapura, Brunai, dan yang terpilih dari pameran seni rupa kontemporer. Koleksi itu terus dilengkapi dan disempurnakan hingga kini.
Salah satu koleksi yang menarik adalah Alquran setebal 598 halaman. Koleksi itu berusia 200 tahun berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat.
Mushaf Alquran tulisan tangan yang telah robek di sejumlah bagian itu digunakan oleh Sultan Bima terakhir, Muhammad Salahuddin. Mushaf tersebut ia pakai sejak kecil belajar mengaji hingga menjadi sultan.
Mushaf tersebut diserahkan dengan sukarela oleh Siti Maryam Salahuddin SH ke Bayt Alquran. Baik Bayt Alquran ataupun Museum Istiqlal, secara filosofis memberi ruang gerak bagi interaksi sosial.
Pada saat yang sama, keduanya menjadi benteng yang kukuh bagi pengembangan keimanan. Di dalamnya, tak kurang dari 10 ribu benda seni yang bisa dinikmati pengunjung maupun untuk kepentingan riset.