REPUBLIKA.CO.ID, BISHKEK -- Ulama Kirgistan meminta pemerintah untuk memperbanyak jumlah produk halal domestik. Selama ini, produk halal yang beredar di Kirgistan berasal dari Timur Tengah.
Grand Mufti Kirgistan menyayangkan umat Islam lebih memilih produk Timur Tengah ketimbang lokal. Meski alasan di balik pemilihan itu karena label halal. "Sayang sekali, masyarakat kita itu percaya setiap produk asal Timur Tengah itu halal karena ada huruf Arabnya," kata dia seperti dikutip Central Asia Online, Senin (20/5).
Dalam beberapa tahun belakangan permintaan masyarakat akan produk halal meningkat. Masalahnya, produksi halal domestik tidak begitu besar dan diragukan status halalnya. Sebabnya, Muslim Kirgistan memilih produk asal Timur Tengah. Masalah lainnya, Lembaga Halal Kirgistan (DUMK) selaku otoritas diragukan kinerjanya lantaran merujuk pada Malaysia.
Melihat masalah itu, pemerintah berencana untuk membuat satu mekanisme baru dimana ada lembaga khusus yang nantinya diberinama Asosiasi Halal Nasional (NHA). NHA ini akan menggantikan tugas DUMK. Skenarionya, NHA akan melakukan rangkai tes pada setiap produk yang dibuat di dalam negeri atau impor dari negara lain. Ketika produk itu lulus, maka akan diberikan sertifikasi.
Myktybek Haji Arstanbek, juru bicara Uni Eurasia Standarisasi Halal (EUHS) menilai langkah yang dilakukan Kirgistan sangat tepat. Apalagi banyak kasus d mana terdapat kandungan alkohol dan babi pada produk yang masuk di Kirgistan. "Kami memahami apa yang dialami Kirgistan. Kami akan mendukung akan yang mereka lakukan," ungkapnya.