Kamis 30 May 2013 16:56 WIB

Menculik Gadis, Kebanggaan Suku Sasak

Pulau Lombok
Foto: blogspot
Pulau Lombok

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh Asep K Nur Zaman

Tradisi menculik atau mencuri gadis untuk dinikahi sudah menjadi adat yang melekat dan susah hilang dari kehidupan masyarakat Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Ini adalah warisan Suku Sasak yang mendominasi Bumi Gorah itu.

"Saya bangga dengan tradisi tersebut," kata tokoh muda Suku Sasak, Muhlis Hasim.

Alumnus Fakultas Syariah IAIN Mataram dan jebolan S2 program studi Kajian Timur Tengah Universitas Indonesia (UI) itu juga akan berpegang tegus pada tradisi nenek moyangnya saat menikah kelak. "Akan saya culik calon istri saya, karena dia kebetulan orang Lombok," tuturnya.

Menurut dia, meski dua sejoli sudah suka sama suka, tetap harus melalui proses penculikan si gadis. "Itu adalah kebanggaan bagi keluarga pria dan sang gadis," ungkap Muhlis.

Pria yang menculik gadis untuk dinikahinya, menjadi bangga karena mampu menunjukkan heroisme. Ia layak dijuluki -- meminjam judul sebuah lirik lagu -- "sang pejantan tangguh".  "Maka dari itu, saya pun harus menculik," ujar Hasim lagi.

Malah, jika seorang gadis dilamar secara baik-baik tanpa diculik, orang tuanya akan tersinggung dan merasa putrinya disamakan dengan barang yang tak punya harga diri . "Memangnya minta ayam?" begitu kira-kira tanggapan keluarga sang gadis.

Meski begitu, aksi penculikan bisa diwarnai perlawanan jika diketahui langsung oleh keluarga "korban". Mereka seakan-akan tak rela anak gadisnya dicuri orang.

Mereka akan mengejar para penculik sejauh si gadis belum sampai di rumah sang pria. "Bila dalam pengejaran itu di tengah jalan si gadis bisa kembali dibawa pulang, pernikahan bisa batal dan menjadi aib bagi si pria," kata Muhlis.

Terhadap motif menculik gadis supaya biaya pernikahan jauh lebih murah, Muhlis tidak sepenuhnya sepakat. "Malah bisa sebaliknya, orang tua si gadis menuntut mahar lebih besar," kata dia.

Ia juga menambahkan bahwa aksi penculikan gadis itu umumnya terjadi karena keluarga dua sejoli sudah saling mengenal baik. Yang suka menimbulkan bentrokan dan perlawanan, jika si pemuda belum menjalin hubungan cinta dan tidak diketahui keluarga.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement