Ahad 02 Jun 2013 15:36 WIB

HTI: Islam Kaffah Solusi Bangsa

Rep: Amri Amrullah/ Red: A.Syalaby Ichsan
Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Muhammad Ismail Yusanto
Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Muhammad Ismail Yusanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Permasalahan bangsa Indonesia dan Dunia yang semakin pelik di tengah tantangan globalisasi dan ideologi barat dinilai mengharuskan  umat Islam Indonesia dan dunia untuk kembali menjalankan  ajaran Islam secara Kaffah (sempurna).

Tuntutan ini diyakini sebagai satu-satunya cara untuk menyelamatkan manusia khususnya umat Islam dari kehancuran dan perpecahan dunia.

Hal itu menjadi pesan utama dalam puncak Muktamar Khilafah 2013 yang diselenggarakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Ahad (2/6) di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta.

Juru bicara HTI Muhammad Ismail Yusanto dalam Konferensi Pers-nya mengatakan, HTI menyerukan kepada umat Islam untuk membawa perubahan yakni dengan menerapkan Islam secara kaffah, dengan syariah dan khilafah.

"Menjadi Muslim yang kaffah, dengan dua hal ini merupakandua sisi mata uang. Dimana agama adalah fondasi dan kekuasaan adalah penjaganya," ujar Ismail kepada wartawan.

Ia juga menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat muslim untuk komitmen menjalankan syariah Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Menurut Ismail, hancur dan dipecah belahnya umat Islam saat ini tidak terlepas dari sejarah Islam yang telah jauh dari komitmen agama, berkehidupan Islam secara sempurna.

Akibatnya, kata dia, saat ini umat Islam terbawa dalam arus perubahan tanpa arah dan tidak memberi manfaat besar bagi kemajuan Islam. "Inilah yang terjadi di negeri ini," katanya. Ia pun mencontohkan seperti yang terjadi di negara-negara Arab dan Muslim saat ini.

"Lihatlah yang terjadi di Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Selatan, peperangan yang tiada henti akibat umat Islam mau di pecah belah," ujarnya. Karena itu, tidak ada jalan lain selain perubahan besar. Karena perubahan sesungguhnya sebuah keniscayaan. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement