REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR--Mahasiwa menduga penyerangan yang mengatasnamakan warga sengaja dilakukan untuk memprovokasi mahasiswa. Aksi itu, tuding mahasiswa dilakukan oleh oknum petugas saat pembubaran paksa di sejumlah titik bentrokan di Makassar.
"Kami menduga ada aparat berbaju preman sengaja memprovokasi warga untuk melempari kami. Padahal jelas kami melakukan demonstrasi ini demi kepentingan masyarakat juga," kata Anwar salah satu mahasiswa di Makassar, Senin (17/6).
Menurut mahasiswa lainnya, dari pantauan dan peristiwa bentrokan selama lima hari di Makassar dengan lokasi berbeda, sejumlah polisi berpakaian preman memancing warga untuk melempari mahasiswa saat berlangsung bentrok antara polisi dan mahasiswa.
"Berdasarkan pengamatan kami, beberapa (warga) diduga intel sengaja memprovokasi warga yang menonton agar melempari kami," ujar Anwar.
Ia menolak anggapan pemblokiran jalan oleh mahasiswa sebagai hal yang salah." Itu merupakan simbol penolakan atas rencana kenaikan BBM oleh pemerintah," tambah mahasiswa lainnya, Amir.
Sementara Kapolda Sulselbar Irjen Pol Burhanuddin Andi menegaskan, pihaknya akan memberikan tindakan preventif bagi mahasiwa yang melakukan tindakan kekerasan dalam aksi penolakan rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Terkait tudingan keterlibatan oknum aparat yang diduga memprovokasi warga dengan melempari mahasiwa, ia enggan menanggapi hal itu. Alih-alih ia mengatakan agar mahasiwa melakukan aksi unjuk rasa dengan cara beradab dan tidak menggangu arus lalulitas.
"Sah-sah saja melakukan demo asalkan sesuai aturan dan tidak mengangu orang lain," katanya.
Hingga saat ini aksi bentrokan masih berlangsung di dua kampus yakni Unversitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar jalan Sultan Alauddin dan Universitas Negeri Makassar (UNM) di jalan Andi Pangeran Pettarani.
Satu Mahasiswa di kampus UNM ditangkap. Berdasarkan pantauan di dua kampus masih terlihat melakukan perlawanan dengan melempari polisi dengan batu dan bertahan, sementara polisi terus membalas dengan gas air mata.