REPUBLIKA.CO.ID, Carrier-carrier sarat muatan dijajakan rapi di atas lantai ruang tunggu sebuah stasiun di Jakarta pusat. Bebannya tampak berat.
Tiga ransel besar panjang tersebut rupanya dimiliki oleh tiga pemuda. Angga, Riska, dan Iqbal tengah bersiap untuk perjalanan panjang ke Gunung Semeru, Jawa Timur.
Satu di antara mereka, Angga, mengenakan baju ciri khas seorang anak Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) sebuah universitas. Ia mengenakan topi, baju safari berwarna krem, celana bahan pendek, dan sepatu kets.
Mereka merupakan kumpulan mahasiswa yang tergabung dalam Organisasi Mapala Alfedya. Ketiganya sama-sama menimba ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP), Palembang, Sumatera Selatan.
''Kami ingin memperingati perayaan Kemerdekaan 17 Agustus,'' kata Riska, Kamis (15/8) sore, saat ditemui Republika di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat.
Tak tanggung-tanggung, bahkan ketiga pemuda ini rela sudah menghabiskan waktu perjalanan mereka yang satu hari penuh, sejak Rabu (14/8) kemarin. Demi ingin tepat sampai di puncak Gunung Semeru, mereka naik KA Rajabasa dari Palembang ke Tanjung Karang, Lampung.
Gunung Semeru dan puncaknya Mahameru, menjadi target pendakian tiga pemuda asal UMP pada peringatan 17 Agustus 2013 ini. ''Peringatan 17 Agustus kali ini, kami akan mendaki Gunung Semeru,'' kata Riska.
Alasan mereka hendak mencapai puncak Mahameru itu, karena sebelumnya Mapala Alfedya memperingati momen Kemerdekaan 17 Agustus 2012 dengan sukses mendaki Gunung Dempo, Sumatera Selatan. ''Yang sekarang ini, kami ingin mencoba mendaki Semeru. Ini merupakan pendakian perdana kami,'' kata Iqbal berseri-seri.
Angga mengatakan, target ia dan kawan-kawan sampai di titik awal pendakian Semeru ialah Jumat (16/8) pagi. Sedangkan Sabtu (17/8) dini hari, mereka berharap sudah bisa sampai di puncak gunung yang berkedudukan di antara dua kabupaten, yaitu Kabupaten Malang dan Lumajang, Jawa Timur itu.
''Tapi tujuan untuk bisa sampai di puncak gunung itu, bukan sepenuhnya target kita,'' terang Riska.
Angga dan Iqbal mengatakan, kunci kesuksesan mendaki adalah kompak dan tidak terburu-buru. Terlebih, mereka harus menaklukkan gunung berketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu.
''Proses bagaimana kita mendaki itu, yang jauh lebih penting,'' sambung Riska yang sedikit santai dengan mengenakan atasan layaknya baju barong Pulau Dewata ini.
Mereka bertiga bertolak ke Malang dengan menggunakan kereta Matarmaja, yang berangkat dari Stasiun Pasar Senen pukul 17.12 WIB. Setibanya di sana pun, tiga sekawan ini sudah ditunggu oleh kawan-kawan di Jawa Timur.
Belum lagi Angga menjelaskan, bahwa saat sebelum Lebaran kemarin ada seorang temannya yang terlebih dulu melakukan perjalanan ke Banyuwangi. Sebenarnya, tiga anak Mapala Alfedya ini merencanakan pendakian ke Semeru dengan total pendaki empat orang. ''Satu orang teman kita, berangkat lebih dulu,'' kata Angga.
Mereka bertiga kompak mengungkapkan, bahwa jika tak mencapai target tepat waktu menjejakkan kaki di Mahameru, maka tak menjadi masalah. Fokus pendakian lebih dititikberatkan pada proses menikmati pesona dan keindahan alam di sekitar Semeru.
''Santai, jangan buru-buru. Polisi saja,'' tuturnya seraya menyebutkan, 'Polisi' merupakan kepanjangan dari Putar Otak Lihat Situasi itu.
''Dan semangaat..,'' seru Iqbal. Beberapa hal tersebut lah yang paling penting untuk ditaruh dalam semangat para pendaki gunung.
Tak hanya itu, Angga juga memberikan informasi penting terkait beberapa barang yang harus dibawa oleh para pendaki gunung. Satu carrier, ungkapnya, cukup untuk menampung seluruh perlengkapan pendakian. ''Tenda, peralatan masak, logistik, perlengkapan tidur, dan baju, lengkap dalam satu ransel ini,'' ujarnya.
Perjalanan seru yang akan menorehkan kenangan tak terlupakan karena telah menapakkan kaki di Puncak Gunung Semeru saat 17 Agustus 2013 nanti, kata Riska, diawali dengan pendakian muali dari pos pertama. Jika telah usai dan turun pun, mereka berencana akan bermalam di Rana Kumbolo atau pos III pendakian Gunung Semeru.
''Jadi, itu, mungkin kita juga tak perlu terburu-buru. Nikmati saja alam yang disuguhkan,'' kata Angga dan Riska. Belum lagi jadwal perkuliahan mereka baru akan dimulai tanggal 15 September mendatang.
Selain kawanan itu. tampak kelompok lain bergaya sama. Tito dan kawan-kawan rupanya akan bepergian bersama menuju sebuah gunung yang berada di Jawa Tengah. ''Kami akan berangkat dengan keberangkatan pukul 16.45 WIB,'' ujarnya yang terburu-buru saat ditemui di Stasiun Besar Gambir.
Tito bersama empat rekannya merupakan mahasiswa yang tergabung dalam sebuah komunitas pencinta alam. Ia sendiri berasal dari Institut Teknologi Bandung. ''Ya, kami berencana akan mendaki gunung Argopuro,'' katanya cepat.
Banyak cara memang untuk memperingati momen kemerdekaan bangsa Indonesia. Mendaki gunung dan mengibarkan merah putih, sepertinya merupakan cara yang unik untuk mengenang jasa-jasa pahlawan Tanah Air.